Jalan sempit pinggir sawah dekat RSU Ambarawa itu terlihat sepi. Begitu memasuki Gapura saya hanya berpapasan dengan satu dua kendaraan bermotor.
Ini memang salah satu jalan  yang mengantar para traveler ke Benteng Pendem, selain melalui jalan menuju lapas Ambarawa dan melalui Jalan Markas Kavaleri.
Sebuah rumah tua yang merangkap sebagai tempat parkir  motor ada depan bangunan Benteng. Beberapa petugas yang mengaku pensiunan pegawai lapas Ambarawa menyodorkan selembar karcis tertera angka 5000 untuk biaya foto Selfi dan parkir.
Bangunan tinggi dua lantai akan terlihat jelas, dengan gerbang cukup lebar  tanpa pintu, menjadi jalan para pengunjung memasuki area benteng.Â
Ada tulisan  hitam berdasar kuning yang ditempel di bawah tangga bertuliskan "Dilarang naik ke lantai 2 untuk mengambil foto".
Tapi terlihat banyak para pengunjung yang berada di lantai 2 mengabadikan gambar.
Memasuki Area Benteng lorong panjang dan lebar sekaligus berfungsi sebagai halaman Benteng. Sisi timur sepertinya memang bangunan yang masih ditempati oleh petugas lapas, atau mungkin pensiunan lapas. Terlihat beberapa mobil terparkir di area ini.
Di tengah area ini terdapat jembatan yang menghubungkan dua bangunan besar. Terpasang melintang dari barat ke timur.
Terlihat dari bawah, kayu jembatan ini sudah mulai terlihat keropos.
Di sisi barat adalah gedung tua berderet panjang seperti bangunan sekolah tapi tampak lebih tinggi. Karena tanpa pintu maka terlhat di dalam benteng ini terdapat banyak belukar.Â
Banyak traveler lokal yang sedang berkunjung. Mereka datang dari Temanggung, Kendal, Salatiga, Purwodadi Boja dan sebagainya. Mereka datang berombongan dan mengabadikan foto secara bergantian.
Tak ada jejak bekas hantaman peluru , atau lobang untuk meletakkan meriam. Sepertinya benteng ini dibuat bukan untuk pertahanan. Karena juga tidak terdapat tameng sebagaimana lazimnya sebuah benteng pertahanan.
Konon Benteng Pendem yang dibuat selama 11 tahun (1834-1845) ini merupakan bangunan yang dibuat oleh Belanda sebagai tempat logistik militer. Belanda banyak membangun benteng selama berkuasa di Jawa,untuk pengembangan hubungan dengan kerajaan Mataram.
Dan Ambarawa merupakan jalur poros yang menghubungkan Semarang,Ungaran,dan Surakarta (Wikipedia).
Benteng Pendem sejak dibangun sampai sekarang telah mengalami perubahan baik karena perubahan alam maupun fungsinya.
Dan inilah keterangan yang diambil dari Wikipedia mengenai sejarah Benteng Pendem dari mulai dibuat sampai sekarang
Memasuki Benteng Pendem seperti lebur dalam keangkuhan jaman Belanda. Bentuk bangunan yang memanjang dan menjulang tinggi seakan menjadi saksi bisu akan bercokolnya  penjajah selama 350 tahun di Indonesia.
Seandainya saja Belanda tak kalah perang oleh Jepang pada perang dunia ke dua, mungkin mereka masih ada di Indonesia.
Kini Benteng yang sudah berumur ratusan tahun itu akan menjadi catatan sejarah yang tak tertulis dan menjadi media pembelajaran bagi para generasi setelahnya, bahwa Indonesia pernah dijajah oleh Belanda selama ratusan tahun. Bahkan Belanda sendiri berkeinginan menjajah kembali dengan mendompleng tentara sekutu.
Bahkan setelah Belanda hengkang negara-negara lain seperti Jepang, dan Portugis ikut menjajah.Â
Indonesia berhasil merdeka. Dan untuk mempertahankan kemerdekaan banyak darah tertumpah. Dan tangisan sedih para istri pejuang yang ditinggalkan suaminya berperang.Â
Dan dari asbab perjuangan para pahlawan itu kita bisa menikmati kemerdekaan itu sekarang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H