Mohon tunggu...
Mas Nawir
Mas Nawir Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta/Penulis lepas

Vlogger Blogger Youtuber

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Undangan Pernikahan, untuk Menjamu Tamu atau Mengharap Sumbangan?

11 Januari 2020   22:51 Diperbarui: 11 Januari 2020   22:45 1404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiba waktunya akad nikah. Di masjid  sebesar itu hanya hadir beberapa orang saja dari kedua belah fihak. Disaksikan beberapa tetangga yang dipasrahi among tamu.

Tiba giliran resepsi pernikahan. Tak banyak tamu yang menyaksikan saat pengantin memasuki ruangan. Lalu kedua mempelai menuju panggung yang disediakan. Tamu satu persatu mulai berdatangan. Tapi menu prasmanan berupa makanan kekinian seperti tak tersentuh. Banyak teronggok di piring-piring yang ditata rapi.

Tidak ada antrian yang berarti. Tamu datang silih berganti tapi hanya sedikit. Bahkan saya tidak mengenal sebagian besar dari para tamu yang datang. Kebanyakan memang orang luar kota Semarang.

Sampai habis masa sewa, karena beberapa jam lagi ruangan gedung mau dipakai oleh penyewa lain, tidak ada pergerakan tamu yang berarti.

Saya disuruh mengecek buku undangan, tertulis hanya 150 nama yang membubuhkan tanda tangan  dari 700 orang yang diundang. 

Semua sisa prasmanan dibawa pulang. Kotak sumbangan dibuka. Dan setelah dihitung didapat jumlah Rp.42.000.000.

Tapi pak Budi memang orang baik. Ia tak mempermasalahkan jumlah sumbangan atau orang yang datang.

"Saya memang niat menjamu tamu pak", kata  Budi legawa. 

"Memang tamu saya sebagian besar dari luar kota, jadi mereka banyak yang berhalangan datang, dan menitipkan sumbangan pada teman yang datang", tambahnya.

Sisa makanan dibagi ke semua tetangga. Bahkan yang tidak datang kondangan pun tetap dikirim makanan.

Para tetangga bergunjing, modal resepsi 250 juta baliknya cuma 42 juta. Kabar itu sampai ke telinga pak Budi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun