Mohon tunggu...
Mas Nawir
Mas Nawir Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta/Penulis lepas

Vlogger Blogger Youtuber

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Menikmati Keindahan Pantai Bandengan Jepara Jelang Sore Hari

11 Januari 2020   20:54 Diperbarui: 11 Januari 2020   21:02 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Matahari tak jelas bentuknya.
Lingkaran putih yang biasanya menyala sedikit redup karena tertutup awan.

Sejauh mata memandang hanya ada hamparan pasir di Padang pinggir pantai Bandengan yang sangat luas.

Perahu,  entah perahu apa terlihat menjauh dari pantai lalu seiring waktu hilang dari pandangan.

Ya .. hari ini pantai Bandengan yang eksotis menjadi dermaga perjalanan kami. Setelah menempuh hujan dan badai dari Semarang sekitar 5 jam. Dan tersesat di sebuah kampung terasing, akhirnya kami bisa memarkirkan motor di pinggir pantai.

Deretan warung tanpa penghuni/dokpri
Deretan warung tanpa penghuni/dokpri
Tak banyak orang, hanya beberapa rombongan keluarga yang sepertinya nyasar atau memang sengaja mampir.
Hari ini memang bukan hari libur, jadi wajar kalau tempat wisata ini sepi pengunjung.

"Ramai kalau liburan dan weekend", kata seorang penjaga tiket di pintu masuk.

Memasuki area pantai Bandengan dihari biasa seperti memasuki kampung tanpa penghuni. Deretan pohon sengon laut seperti barisan penjaga pantai yang terus mengamati gerakan kami.

Nyaris semua warung tertutup rapat. Ada beberapa yang terbuka tapi begitu masuk terdapat ruangan dengan gembok terkunci.

Jalanan sepi, pantai sepi. Apalagi sudah lewat tengah hari. Tinggi air laut menyurut searah bertiupnya angin darat yang membawa para nelayan membuka layar menuju laut lepas.

Dokpri
Dokpri
Alam nan cantik ini memang diciptakan luar biasa oleh Sang Pemilik. Pantai Utara angin darat bertiup ke arah utara, sedangkan pantai selatan angin darat berhembus ke selatan.Seperti mengantar para nelayan menyabung nyawa demi mendapatkan ikan untuk eksisnya sebuah kehidupan.
Dokpri
Dokpri
Duduk sebentar di hamparan pasir nan luas, terbayang bagaimana sebuah lokasi tak ada manusia. Gerakan angin yang terkadang menyapu pasir seperti alam yang sedang bersiul. Anda pernah mendengar pasir pantai berbunyi tatkala dihampiri sang bayu?Datanglah ke Pantai Bandengan kalau belum pernah. Anda akan merasakannya.
Dokpri
Dokpri
Di sebelah timur seseorang terlihat melangkah ke arah kami. Makin lama makin dekat. Seorang bule berbikini merah Melawati kami. Maklum mata lelaki, saya sedikit melirik meski agak kawatir teman saya mengawasi .. ternyata  ekor mata teman saya terlihat ikut menikmati  mengikuti langkah si Bule sampai hilang dari pandangan kami.  hihihi. Memakai sepatu gunung berwarna hitam. Hmmm.. baru saya menyadari kalau bule ini adalah pengguna motor pria yang tadi parkir di samping kami.

Dokpri
Dokpri

Gerakan sesuatu di bawah air sedalam mata kaki menarik saya untuk melangkah pergi.

Ikan-ikan kecil berkejaran diantara karang berlumut. Saya mencari wadah pop mie yang berserak di sepanjang panatai. Siput-siput kecil bergerak pelan di atas batu-batu kecil.
Menangkapi mereka  dan memasukkannya dalam wadah.

Dokpri
Dokpri
Saya jadi ingat car free day setiap Minggu pagi, ada penjual mainan yang manggadaikan makhluk  kecil ini. Mereka mengecat rumah siput warna warni, dan memaksa siput lain untuk menempati.
Rumah-rumahan aneka warna menjadi tempat singgah yang palsu bagi para siput mainan. Kalau beruntung mereka bisa melarikan diri dan hidup di got dekat rumah. Atau kalau kurang beruntung diterkam kucing atau mati dan jasadnya dibuang.
Dokpri
Dokpri
Mengamati bentuk siput yang beraneka ragam, membuat saya berfikir keras, bagaimana mereka bisa membuat rumah sebesar itu? Ruangan yang selalu tepat dengan badan mereka dan hanya menyisakan capit yang dilipat saat terlihat.Dan itu semua hanya urusan Sang Pencipta.

Menjelang sore, kami beranjak memacu motor tanpa henti. Hujan mengguyur deras dari Jepara sampai Semarang.
Basah kuyup kami di jalan tak bawa jas hujan lagi.

Tapi ini memang salah satu cara menikmati hidup. Hujan-hujanan di jalanan mumpung masih ada kesempatan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun