Salah Yang Punya Hajat Atau Keliru Catering Menghitung Undangan ?
Waktu masih menunjukkan pukul 11.30. siang. Tanda waktu Dzuhur belum masuk.Kami mendatangi sebuah undangan pernikahan di sebuah Aula Besar sebuah perguruan Tinggi di Semarang.
Tetangga kami adalah seorang karyawan BUMN dengan posisi yang cukup lumayan sehingga tak heran bila mobil luar kota berderet rapi di tempat parkir.
Belum lagi anaknya yang dinikahkan ini juga karyawan BUMN, seperti ayahnya. Jadi pas lah dengan situasinya. Kolaborasi senior dan junior ini memghasilkan teman karib dan kerabat yang sangat luar biasa banyaknya.
Tempat parkir seluas itu rasanya tak muat menampung kendaraan yang datang. Terlebih beberapa bus besar dari luar kota juga terlihat parkir di ujung lapangan parkir dengan gagahnya.
Mobil pengantin yang telah dihias, sudah nongkrong cantik di depan gedung. Siap mengantar pasangan bahagia ke tempat honeymoon.
Setelah tanda tangan sebagai bukti kehadiran dan menerima souvenir serta bersalaman  dengan beberapa petugas Among tamu, kami langsung maju ke depan panggung menemui keluarga  penganten dan besan untuk bersalaman mengucapkan selamat.
Musik barat entah apa judulnya terdengar serak di telinga, didendangkan seorang lelaki tua berbadan gempal yang memakai seragam sewaan. Mungkin ini keluarga pengantin pikir saya.
Saya sedikit haus, lalu berniat mencari minum. Berputar dengan mata menyelidik ke seluruh meja dan ruangan, tak juga menemukan air minum.
Di karpet merah, tamu undangan terus datang membanjir merangsek ke depan menuju panggung utama. Lalu turun dengan kecewa sembari menebarkan pandangan ke seluruh ruangan.
Rasa kecewa yang mendalam terlihat jelas dari wajah para tamu. Delapan menu yang disediakan di meja prasmanan hanya tinggal beberapa piring dan gelas yang berantakan ditinggal penunggunya.
Semua menu habis di tengah kedatangan tamu yang sedang banyak-banyaknya. Petugasnya entah di mana. Terlihat seorang tamu kesal, ia tumpahkan saos dan sambel bakso berantakan di meja.