Kota dingin Ambarawa pada masa itu hawanya memang mirip di Eropa, terutama Belanda. Topografi Ambarawa yang dikelilingi gunung yang menjulang tinggi sekan menjadi penyekat hawa dan menyimpan hawanya di titik paling rendah.
Gunung Merbabu, Ungaran, Merapi Telomoyo, seakan corong alami yang menghembuskan hawa dingin ke Ambarawa.
Saya menghabiskan masa kecil di Bandungan, dan Ambarawa adalah salah satu kota terdekat tempat saya dan teman-teman berpetualang.
Maka tak heran, Ambarawa menjadi salah satu sentral pemukiman pada jaman Belanda. Bercokol 350 tahun di Indonesia dan hampir merata menguasai seluruh  wilayah, Belanda meninggalkan jejak bangunan bersejarah yang sampai saat ini tetap berdiri kokoh sebagai cagar budaya.
Ada benteng Pendem (ulasannya menyusul), dan satu lagi Museum Kereta Api Ambarawa.
Lokasi museum Kereta Api Ambarawa mudah dijangkau dari titik manapun. Dari jalan raya Semarang Yogya, persis di depan monumen palagan Ambarawa, jalan menurun lurus akan menuntun anda sampai di lokasi. Lokasi ini dekat dengan lapangan Pancasia Ambarawa, Markas pasukan Kavaleri dan Rumah Sakit Umum Ambarawa.
Rel yang nampak di jalan saat anda akan masuk Muesum adalah jalur menuju Tuntang. Di ujung lokasi parkir yang lumayan luas ini terdapat loket penjualan tiket dengan harga Rp.10.000/orang.
Tiket disobek oleh penjaga dan pengunjung dipersilahkan masuk. Ruangan terbuka museum adalah hal pertama yang akan anda lihat. Beberapa jalur kereta api terlihat berjejer, menyilang dari barat sampai ke timur. Dan ujung Utara dan Selatan Museum adalah pertemuan rel yang menjadi satu jalur, ke arah Bedono, dan ke arah stasiun Tuntang.
Selain Ruangan terbuka berkanopi yang sangat tinggi pengunjung juga bisa melihat secara langsung beberapa piranti perkereta apian seperti meja putar kereta dan rantai-rantai ukuran besar.
Di dalam museum tidak ada penjual makanan, jadi anda harap membelinya saat masih di luar.
Setelah puas melihat-lihat kegagahan barisan lokomotif yang berjaya di masa lampau, kalau beruntung anda akan melihat loko yang disambung dengan gerbong.
Atau loko yang berputar di meja putar menggunakan tenaga hidrolik.
Lalu yang terakhir, kereta uap dengan tungku raksasa dan menikmati perjalanan melalui rute bergerigi di Bedono, adalah hal yang paling dinantikan oleh para pengunjung.
Gerbong kereta dengan jendela tanpa kaca, membuat para penumpang leluasa menikmati perjalanan dan mengabadikan apapun yang terlihat dari atas kereta.
Main ke museum kereta api Ambarawa yok mah ..
Naik kereta api tut tut Tut
Siapa hendak turun
Ke Bandung Surabaya
Bolehkah naik dengan percuma
Ayo kawanku lekas naik
Keretaku tak berhenti lama
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H