Lalu seseorang terasa merebahkan diri di samping saya tidur. Beberapa kali ia menyeret selimut agar terbagi rata diantara kami berdua.
Lalu insiden itu terjadi, setengah mengantuk saya merasakan tubuh saya diraba, endusan nafas memburu terdengar dekat di telinga. Saya masih berpura-pura terlelap sambil sesekali menepis tangannya agar menjauh.
Tangannya makin liar, Rasyid mencoba paksa menarik celana yang saya kenakan. Beruntung ikat pinggang yang melingkar di celana panjang saya dalam posisi sangat kuat. Saya masih menanti kelanjutan apa yang akan ia lakukan.
Lalu dengan sigap satu tangan memegang tangan saya, tangan yang lain mencoba membuka ikat pinggang dengan paksa.
Lalu saya berdiri reflek, barang bawaan saya ambil dan.. bug.. bug, dua kali tendangan saya mengarah ke selangkangan. Rasyid meringis kesakitan, saat ia hendak bangun satu tendangan lagi mengarah ke mulutnya.
Darah terpercik. Saya keluar dan lari sekencang-kencangnya. Pokoknya lari saja tanpa tujuan. Dengan jantung yang berdegup kencang dan nafas memburu, saya berusaha lari sejauh mungkin.Â
Dengan masih bergumpal  sejuta rasa kawatir, dari kejauhan saya melihat kelip lampu. Saya terus mendekat. Rupanya kapal dagang sedang bersandar. Beberapa orang terlihat memancing. Saya mendekat dan bertanya,Â
"Kapal ini mau kemana mas?",Â
Ternyata Mereka adalah para pedagang dari Jawa yang berjualan melalui sebuah kapal yang  dirombak seperti toko di dalamnya.
"Mau ke Mantangai mas", jawab salah seorang dari mereka.
Lalu kami mengobrol dengan akrab. Ternyata mereka berasal dari kota yang berdekatan dengan kota Semarang. Yaitu Purwodadi.