"Bayarnya nanti ya?" katanya memberi harapan.
Biasanya setelah pengunjung sepi, para pedagang yang memanfaatkan jasa Rasyid, meninggalkan lapak begitu saja. Di bagian tertentu -di warung gerobak-  yang telah disepakati, Rasyid mengambil upahnya Rp 5000 tiap warung. Setidaknya Rp. 115.000 tiap malam dari jasa mengantar gerobak. Ukuran yang lumayan untuk waktu itu.
Setelah keramaian malam usai, kami mengembalikan gerobak di posisi semula, dan mengantar kembali esok malam. Begitulah seterusnya.Â
Masjid Besar Kuala Kapuas digembok dari luar, niatan saya untuk bermalam di masjid sambil i'tikaf pun pupus sudah.
Waktu sudah menunjukkan Pukul 12.30. Efek perjalanan dan pekerjaan tambahan benar-benar menguras tenaga saya. Sambil lesehan di pembatas dermaga saya bertanya,Â
"Kita tidur di mana bang?"
Rasyid tersenyum seperti menyembunyikan sesuatu.Â
"Di sana bang, klotok yang ada terpal biru itu tempat kita tidur", jawab Rasyid sembari menuding sebuah perahu yang tertambat di bawah kami.
Saya mengambil barang bawaan di basecamp. Beberapa orang sudah mendengkur dengan  berbagai posisi.Â
Saya segera menaiki perahu yang jaraknya tak terlalu jauh, terdengar suara kecipak air menyentuh dinding perahu. Diselingi suara deretan perahu yang bergoyang dan beradu seperti saling menyapa. Ditemani lampu gantung dengan cahaya temaram. Saya terlelap begitu saja.
Sampai beberapa saat kemudian, saya merasa ada yang menutupi badan saya dengan selimut dan menepuk nyamuk yang singgah di tangan. Samar-samar saya mendengar suara plak beberapa kali, suara tangan yang mengeplak nyamuk.