Jenis usaha yang bertahan dan memperoleh banyak peminat adalah bisnis yang mengandung family value. Artinya usaha ini bisa dimanfaatkan oleh seluruh anggota keluarga dari  anak-anak sampai orang tua. Kebutuhan keluarga yang terus tersedia membuat sebuah usaha selalu dicari orang dimanapun dan dalam waktu apapun.
Salah satu usaha yang dilirik oleh kaum milenial saat ini selain gerai es seperti Thai Tea dan seblak yang sedang booming, adalah warung kucingan. Disebut kucingan karena nasi yang disediakan hanya sepucuk centong untuk makanan kucing dengan sesendok lauk berupa sambel teri atau sejimpit telor.
Warung kucingan sebenarnya adalah jenis  usaha yang sudah lama dan ada di seluruh Indonesia. Kota kecil sampai kota besar terutama di pulau Jawa  ada usaha warung ini.
Di Semarang usaha warung kucingan tumbuh bagaikan jamur di musim hujan. Di pinggir-pinggir jalan, di depan ruko, dekat alun-alun, bahkan ditempat tersembunyi seperti di perumahan-perumahan terdapat banyak warung kucingan.
Menu utama adalah nasi kucing, gorengan, tahu bacem, kerupuk , sate ayam, kepala ayam, sate usus , kerupuk , Indomie, dan masih banyak lagi makanan rakyat yang disediakan.
Harganya yang relatif terjangkau membuat warung kucingan banyak diminati para pembeli. Terlebih bila warung kucingan tersebut menunya lengkap dan ada di lokasi  strategis seperti jalan antar kota misalnya , dijamin menjadi tempat singgah para pengguna jalan.
Di kampung Kedongwinong kelurahan Meteseh Kecamatan Tembalang Kota Semarang ada sebuah Warung Kucingan dengan nama Angkringan Lesehan 168.com.
Menilik namanya angkringan ini seperti terhubung dengan situs tertentu di internet.
Tapi saat saya bertanya, ia menjawab bahwa angka 168 hanyalah imajinasinya yang melambangkan angka bulat dengan harapan rejekinya menjadi bulat dan besar seperti postur tubuh pemiliknya
Menurut Muhajirin sang pemilik warung usaha ini digeluti setelah  ia bersama istrinya  gagal mengelola warung buah beberapa saat yang lalu. Kondisi yang tidak menentu, membuat buah-buahan dagangannya jarang dilirik pembeli. Usaha yang terus merugi  memberinya inspirasi  banting stir mengganti usaha warung buahnya dengan warung kucingan.
Berbekal sisa modal dagangan buah dan simpanannya sepasang suami istri ini membuat warung kucingan . Warung yang ditempati adalah sebuah kios milik sendiri yang dibayar melalui angsuran di bank.Sedangkan gerobag, meja dan perlengkapannya berasal dari sisa barang usaha yang telah ia lakukan sebelumnya, dari dagang soto sampai es campur.
Oktober 2018, Muhajirin  dan istrinya yang keduanya adalah Sarjana PAI  Unisula ini memulai usaha warung kucingnya. Menu yang mereka sediakan  berupa nasi kucing, gorengan dan aneka minuman laris diserbu pembeli siang maupun malam hari. Apalagi warung ini dilengkapi Jaringan WiFi yang bebas diakses kapan saja.
Semua menu dibuat sendiri oleh istrinya pada pagi hari. Dan ia menjaga warung ini dari siang  sampai malam hari.
Sebagaimana ibu mertuanya yang berjualan mie ayam dan bakso yang warungnya juga berada di sebelahnya.
Anda tertarik untuk usaha membuka warung kucingan? Kisah sahabat saya ini mungkin akan menginspirasi anda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H