Indonesia sebagaimana diketahui adalah negeri tropis yang hanya memiliki dua musim. Musim kemarau dan musim hujan.
Beberapa daerah di lokasi yang dekat dengan pemukiman kami mengalami hal yang menyedihkan saat musim kemarau.
Sungai yang surut, Sumur mengering, aliran PDAM Â mati. Terkadang mereka mandi pun harus pergi ke masjid atau pom bensin terdekat. Dan menunggu kiriman air bantuan dari pemerintah untuk keperluan MCK.
Bagi saya yang tinggal di perumahan memang tidak perlu kawatir. Sebab PDAM memberi pasokan air dengan tertib, meskipun jadwalnya 2 hari sekali tetap mencukupi disiasati dengan membuat tandon sebagai tempat penampungan air yang mampu bertahan 2-3 hari saat saluran PDAM mengalami kendala.
Bulan kemarau tahun 2019 memang tidak terlalu lama, setelah hujan terakhir di bulan Maret lalu panas berkepanjangan yang memicu suhu bisa mecapai 40C di beberapa waktu.
Sampai akhir November saat hujan pertama mengguyur. Beberapa lokasi mulai tampak bersiap menghadapi. Beberapa titik  seperti Perumahan emerald, Perumahan Dinar Indah, perumahan Dinar Elok, kampung Kedongwinong tahun sebelumnya mengalami banjir yang cukup parah akibat jebolnya saluran irigasi di belakang kampung.
Kampung ini memang berada di jalur saluran yang datang dari arah atas, seperti Tembalang, Ngesrep yang airnya mengalir melalui saluran sepanjang Sigar bencah.
Saat banjir tahun lalu puluhan rumah warga terendam, listrik mati total semalaman, dan beberapa bangunan milik SD meteseh ambruk.
Bahkan sebelumnya Perumahan Dinar Indah ditenggelamkan oleh luapan kali Pengkol akibat dasar kali yang mengalami sendimentasi, sehingga air yang mengalir dari dari hulu sungai tak mampu tertampung dan mengakibatkan tanggul sungai jebol.
Lokasi di dekatnya yaitu perumahan Dinar Elok pernah mengalami hal yang sama, saluran air disekitar pemukiman  yang hanya beberapa jengkal tak mampu menampung air hujan , sehingga air menggenangi beberapa RT.
Lebih-lebih saat ini jalur Dinar Mas Dinar Elok sudah dibetonisasi, padahal posisi jalan lebih tinggi daripada jalan milik warga. Sehingga dikawatirkan bila terjadi hujan yang massif lokasi ini akan kembali tergenang.
Manusia memang butuh hujan untuk mengairi sawah dan tegalan, membuat ikan di sungai berpesta pora karena air sungai kembali penuh. Bahkan pohon jati yang tempo hari meranggas saat kemarau kini sudah menghijau kembali sebab hujan.
Sumur-sumur warga menjadi penuh, sumber-sumber air mulai berfungsi kembali memberikan air bagi kehidupan.
Tanaman milik warga mulai terlihat segar saat hujan mulai turun, karena siraman seadanya dari selang tak mampu membuat tanaman kenyang saat kemarau.
Hujan dan panas keduanya dibutuhkan oleh manusia, tapi manusia tak mampu memilih antara turun hujan atau tetap dalam cuaca cerah.
Tuhan Sang Pencipta mampu ciptakan hujan, Tuhan pun mampu menciptakan panas. Bahkan Tuhan mampu menciptakan Hujan dan panas sekaligus dalam satu waktu.
Hujan dan panas hanyalah sebuah keperluan yang disediakan untuk manusia. Lihatlah di Jakarta begitu banyak manusia yang dihidupi dengan hujan. Sewa payung, pedagang jas hujan, sewa getek saat terjadi genangan di ruas-ruas jalan.
Saya salah seorang pedagang kaki lima yang  sering terkena dampak saat hujan, apalagi kalau datangnya sore hingga malam hari. Nyaris dagangan tak tersentuh pembeli.
Tapi turunnya hujan memang terkadang jadi malapetaka bagi manusia saat lalai. Membuang sampah sembarangan adalah salah satunya. Membangun  saluran secara sembarangan tanpa memperhitungkan dampak yang ditimbulkan, Penggundulan hutan hingga menjadi sebab erosi dan masih banyak lagi yang lain.
Musim kemarau memang terkadang menyiksa, Â air langka, tanaman mati, ternak kehausan. Tapi lihatlah sisi yang lain. Petani garam akan bisa terus memproduksi apabila musim kemarau. Padi hanya bisa kering saat cuaca panas. Bahkan pengrajin kerupuk akan sangat bersyukur bila musim kemarau tiba, sebab itu adalah saat produksi harus dikebut.
Bukankah ibu-ibu yang memiliki bayi akan bersuka ria saat cuaca panas ?
Sebab mereka bisa mengeringkan pakaian putera-puteri mereka dengan aman.
Musim kemarau dan musim hujan menurut saya sama saja. Sama-sama memberi manfaat bagi kehidupan manusia. Sebab Allah Tuhan Semesta Alam tak pernah menciptakan satu barangpun yang tidak ada manfaatnya bagi kehidupan manusia.
Jadi.. tetaplah menjadi hamba yang bersyukur. Wassalam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H