Saat datang, calon keluarga besan ada di awal bulan Maret, sehingga persiapan perhelatan pernikahan hanya memiliki waktu 30 hari.
Saat itu kami nyaris tak punya uang, hanya beberapa ratus ribu dari sisa jualan. Tapi saya berpedoman, Allah Maha Kaya, yang akan menolong hambanya saat ada kesulitan. Teman, tetangga, kolega saya hubungi dengan harapan mereka mau membantu kesulitan saya. Tapi tak seorangpun diantara mereka yang Sudi membantu.
Sampai akhirnya, gaji saya dari seorang rekanan di Jakarta terkirim beberapa juta untuk persiapan .
Saya membayangkan betapa reportnya orang tua saya dulu saat saya menikah setelah saya melakoni sendiri peran sebagai orang tua bagi Puteri saya.
Saya bersama istri pun memulai rencana, memesan keperluan untuk pesta sederhana. Setelah sebelumnya membereskan semua dokumen untuk administrasi pernikahan.
Rencana awal, tempat menikah di KUA, tapi rencana itu berubah karena pas hari H, kantor KUA tutup, dan terpaksa prosessi pernikahan harus di rumah.
Karena seorang pedagang makanan, saya memiliki ratusan warung langganan di kota Semarang. Mulai dari toko kelontong, pedagang ikan, sampai pedagang sayur yang tersebar di berbagai pasar di Semarang.
Untuk konsumsi sudah beres, dengan DP beberapa ratus ribu, saya berhasil memesan seluruh keperluan saya.
Tratag, kursi, sound system', panggung pengantin, dekorasi, Alhamdulillah sudah finish berkat bantuan seorang teman yang mau menguruskan. Bahkan untuk solo orgen  ada seorang kawan yang berbaik hati mengurusnya.
Kini tibalah saatnya, 10 Maret 2019, merupakan hari paling bersejarah bagi seluruh hidup saya. Dihadapan petugas KUA dengan disaksikan tamu undangan yang tak terduga sebelumnya. Pernyataan SAH, meloloskan prosesi pernikahan putri saya yang saya lakukan sendiri.