Saya bersama seorang guide mencoba melihat dari dekat. Tapi saat musim kemarau letupan memang jarang . Andaikan terjadi hanyalah letupan2 kecil.
Menurut cerita guide, sumber letupan Bledug Kuwu tersambung ke pantai selatan, konon ini menurut legenda adalah jalur yang dilewati oleh Jaka Linglung  yang merupakan putera Ajisaka dalam legenda Kerajaan Medang Kamolan.
Biasanya  setiap hari ada penduduk yang menampung air semburan Bledug Kuwu untuk dijadikan garam. Tapi saat saya berkunjung pembuat garam sedang ada keperluan jadi tidak tampak.
Menurut cerita penduduk setempat, garam dari Bledug Kuwu bisa mengobati berbagai macam penyakit. Maka tak heran bila garam dari sumber letupan ini dijual dengan harga lebih mahal dari garam laut biasa.
Di dekat loket masuk juga terdapat banyak gardu pandang yang berfungsi untuk melihat aktifitas Bledug Kuwu saat hujan atau terjadi letupan besar.
Letupan Bledug Kuwu menebarkan abu yang berwarna hitam hingga sekeliling lokasi nampak kotor.
Ketiadaan pepohonan di sekeliling Bledug Kuwu membuat lokasi sangat panas. Sehingga saat melihat lokasi letupan dari dekat, pengunjung perlu memakai topi atau payung.
Satu hal lagi, air bersih adalah barang yang mahal di lokasi  Bledug Kuwu. Mushola yang dibangun di tempat ini memang lumayan bagus . Tapi saat mendapatkan rombongan besar pengelola akan kesulitan memenuhi kebutuhan air bersih baik untuk wudhu maupun keperluan di kamar kecil.
Di sekitar Bledug Kuwu juga disediakan beberapa gazebo yang  bisa dioergunakan oleh pengunjung untuk beristirahat. Pengunjung bisa memesan makanan dari warung-warung yang berada di luar dan menikmatinya di dalam .
Salam hangat