PENDAHULUAN
Magnetic Resonance Imaging (MRI) genu adalah teknik pencitraan diagnostik medis yang bekerja berdasarkan prinsip resonansi magnetik inti tanpa menggunakan radiasi ionisasi (sinar-X) dan juga tidak menggunakan zat radioaktif pada genu. Dengan menggunakan MRI dapat mengetahui patologi yang ada, selain itu pemeriksaan MRI relatif aman karena tidak menggunakan radiasi gelombang elektromagnetik (Kartawiguna. D. 2015). Pesawat MRI dapat menghasilkan citra dalam potongan sagital, coronal, dan transversal.Â
Pada pemeriksaan MRI Genu sequence yang di gunakan adalah Axial Proton Density Fat saturated, Sagital Proton Density Fat saturated, Sagital T2, Coronal Proton Density Fat saturated, Coronal STIR. Terdapat sequence khusus yang digunakan yaitu Axial 3D SPGR dengan tujuan untuk memperjelas struktur tulang dan kelainan di jaringan lunak atau pembuluh darah, 3D SPGR menghasilkan peningkatan spesifisitas yang signifikan untuk lesi kartilago.
METODE
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif, dengan Subyek penelitian yang digunakan adalah pemeriksaan MRI Knee Joint pada kasus osteoarthritis. Responden pada penelitian ini terdiri atas 3 (tiga) radiografer dengan kriteria pernah melakukan pemeriksaan MRI knee joint pada kasus osteoarthritis serta memiliki pengalaman kerja minimal 3 tahun, 1 (satu) dokter spesialis radiologi yang membaca hasil pemeriksaan MRI knee joint dengan klinis osteoarthritis serta memiliki pengalaman kerja minimal 3 tahun, dan 1 (satu) dokter pengirim yang meminta pemeriksaan MRI knee joint dengan klinis osteoarthritis dan 3 (tiga) pasien dengan klinis osteoarthritis. Pada kasus ini ada beberapa pendekatan yang digunakan yaitu Observasi dilakukan berupa pengamatan secara langsung terhadap lutut pasien yang bengkak, terdapat benjolan, bentuk lutut yang bengkok, dan pasien yang merasa kesakitan yang dilakukannya pemeriksaan Genu dan Wawancara dilakukan dengan dokter spesialis Radiologi dan Radiografer.
HASIL
Pada hari senin tanggal 12 Juni 2023, pasien bernama Ny. M datang ke instalasi radiologi dengan membawa surat permintaan dari dokter spesialis onkologi untuk dilakukan pemeriksaan MRI Genu, didalam surat tertulis diagnosa klinis Osteoarthritis. Pasien mengeluhkan sakit lutut jika kakinya digunakan untuk berdiri dalam waktu yang lama serta pada saat digunakan berjalan dalam jarak yang panjang, selain merasakan keluhan tersebut pasien juga merasa adanya perubahan bentuk kakinya yang menjadi seperti huruf O. Sebelum melakukan pemeriksaan magnetic resonance imaging (MRI) Genu pada pasien, dibutuhkan beberapa persiapan diantaranya yaitu persiapan alat dan persiapan untuk pasien.Â
Beberapa persiapan alat yang dibutuhkan yaitu: Pesawat MRI GE 1.5 Tesla, Ruang Kontrol Operator, Genu Coil, Emergency Button, Headphone, Selimut dan Printer. Sebelum melakukan pemeriksaan pasien dianjurkan untuk mengisi informed consent untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Selain itu, pasien diedukasi tentang pemeriksaan yang akan dilakukan sebelum memasuki ruangan dan tenaga medis yang bertugas menginformasikan kepada pasien agar tidak memakai atau membawa benda-benda berbahan logam. Berikut merupakan teknik pemeriksaan yang digunakan pada pemeriksaan magnetic resonance imaging (MRI) genu dengan klinis ostheoatrithis (OA):
- Pasien supine di atas meja pemeriksaan dengan posisi feet first.
- Memasang quadknee coil dan menginstruksikan pasien untuk menempatkan lutut sebelah kanan di quadknee coil.
- Beri bantalan sebagai fiksasi dan menghindari pergerakan pasien.
- Memasang headphone, memberikan selimut dan emergency button kepada pasien.
- Memasang genu coil.
- Memposisikan lampu isocenter pada pertengahan genu, setelah itu klik tombol pada gantry untuk memasukkan pasien ke dalam bor magnet.
Pada prosedur pemeriksaan magnetic resonance imaging (MRI ) genu pada pasien dengan klinis ostheoatrithis (OA) menggunakan beberapa jenis sequence, hal tersebut dilakukan agar dapat mendapatkan gambaran atau hasil citra yang diinginkan. Beberapa jenis sequence yang digunakan adalah Axial Proton Density Fat saturated, Sagittal Proton Density Fat saturated, Coronal Proton Density Fat saturated, Sagittal T2, Coronal Proton Density, Coronal STIR dan Axial 3D SPGR.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil citra, sequence yang digunakan pada saat pemeriksaan magnetic resonance imaging (MRI) genu tersebut adalah proton density fat saturated (PD-FS) dengan tiga potongan yaitu axial, coronal dan sagittal, sequence 3D SPGR dengan potongan axial dan sequence STIR dengan potongan coronal. Selain itu juga menggunakan pembobotan T2 dengan potongan axial. Sequence proton density fat saturated (PD-FS) digunakan untuk mengevaluasi tulang rawan genu dengan SNR yang baik dibandingkan dengan sequence lainnya dan dapat meningkatkan evaluasi gambaran lesi tulang rawan (Tawfik et al., 2019). Proton density fat saturated (PD-FS) merupakan salah satu sequence wajib pada MR MSK karena dapat memvisualkan beberapa organ penting pada genu untuk mengevaluasi osteoarthritis seperti cartilage, ligamen, juga tendon.
Kemudian hasil citra yang menggunakan sequence 3D SPGR menunjukkan kelainan osteoarthritis pada tulang yang terlihat dengan jelas. Penggunaan sequence 3D SPGR saat ini telah banyak digunakan untuk mengevaluasi morfologi tulang rawan serta dapat digunakan untuk mengukur volume tulang rawan. Sequence 3D SPGR sering digunakan untuk menghasilkan gambaran T1 dengan visualisasi cairan sinovial tampak gelap dan penggunaannya sering dilakukan bersamaan dengan teknik fat saturated atau water excitation untuk menekan sinyal lemak (Buchanan & Markhardt, 2023). serta, untuk mencitrakan bone marrow pada musculoskeletal genu sehingga dapat dievaluasi adanya OA atau tidak, juga abnormalitas tulang. Selain itu, sequence 3D SPGR dapat memberikan informasi tambahan apabila terdapat kelainan ACL, PCL hingga kelainan muskuloskeletal lainnya. Pencitraan magnetic resonance imaging (MRI) genu ini juga menggunakan sequence STIR. STIR merupakan salah satu teknik fat suppression yang sering digunakan dalam pencitraan magnetic resonance imaging (MRI) muskuloskeletal karena dapat menekan lemak dengan baik (Omoumi et al., 2023).
Selain dari beberapa sequence diatas. Terdapat pembobotan T2 yang digunakan dengan tujuan untuk menggambarkan patologis dan anatomi genu. Dari beberapa gambaran hasil citra yang dihasilkan. Hasil citra 3D SPGR terlihat lebih baik dibandingkan dengan gambaran hasil citra yang menggunakan sequence lainnya. Hal tersebut terjadi karena pada hasil citra tersebut visualisasi dari ligament, cartilage, dan cairannya terlihat lebih jelas. Namun pada proses pencitraannya membutuhkan waktu yang lebih lama. Penggunaan pembobotan T2 dalam MR MSK ini dapat membantu evaluasi pada organ anatomi genu, seperti untuk melihat true fluid (cairan dalam organ), melihat contour atau batas dari muscle, serta dapat mengevaluasi cartilage pada genu. Oleh karena itu, penggunaan pembobotan T2 pada sequence MR MSK dapat membantu memperhitungkan tindakan yang akan dilakukan juga pasca tindakan operatif.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Magnetic Resonance Imaging (MRI) merupakan sebuah modalitas dalam pemeriksaan radiologi yang menggunakan prinsip pencitraan resonansi magnetik. Pada pemeriksaan MRI kali ini, ditemukan pasien dengan klinis osteoarthritis yang mana terjadi keretakan dan pelunakan tulang rawan sendi. Teknik pencitraan MRI pada tulang rawan artikular sendiri memiliki tantangan dalam menggambarkan struktur kompleks tersebut, terutama pada osteoarthritis. Penggunaan beberapa sequence seperti PD-FS, 3D SPGR, STIR, dan pembobotan T2 dapat memberikan gambaran yang penting dalam evaluasi tulang rawan dan struktur terkait. Sequence seperti 3D SPGR memberikan visualisasi yang lebih baik terhadap ligamen, cartilage, dan cairan, namun memerlukan waktu yang lebih lama. Sementara pembobotan T2 membantu dalam evaluasi patologis dan anatomi genu, serta memberikan informasi penting untuk perencanaan tindakan operatif dan pasca operasi. Dengan kemajuan teknologi MRI, penilaian morfologi tulang rawan menjadi lebih terperinci, memberikan wawasan penting dalam memahami faktor-faktor yang mempengaruhi struktur tulang rawan, terutama pada kondisi seperti osteoarthritis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H