Mohon tunggu...
Masna Syafaatul Khofifah
Masna Syafaatul Khofifah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Airlangga

Semoga bermanfaat ya all

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Prosedur Pemeriksaan MRI Genu dengan Penambahan Sequence Axial 3D SPGR pada Klinis Osteoarthritis

15 Desember 2023   21:18 Diperbarui: 15 Desember 2023   21:34 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Kemudian hasil citra yang menggunakan sequence 3D SPGR menunjukkan kelainan osteoarthritis pada tulang yang terlihat dengan jelas. Penggunaan sequence 3D SPGR saat ini telah banyak digunakan untuk mengevaluasi morfologi tulang rawan serta dapat digunakan untuk mengukur volume tulang rawan. Sequence 3D SPGR sering digunakan untuk menghasilkan gambaran T1 dengan visualisasi cairan sinovial tampak gelap dan penggunaannya sering dilakukan bersamaan dengan teknik fat saturated atau water excitation untuk menekan sinyal lemak (Buchanan & Markhardt, 2023). serta, untuk mencitrakan bone marrow pada musculoskeletal genu sehingga dapat dievaluasi adanya OA atau tidak, juga abnormalitas tulang. Selain itu, sequence 3D SPGR dapat memberikan informasi tambahan apabila terdapat kelainan ACL, PCL hingga kelainan muskuloskeletal lainnya. Pencitraan magnetic resonance imaging (MRI) genu ini juga menggunakan sequence STIR. STIR merupakan salah satu teknik fat suppression yang sering digunakan dalam pencitraan magnetic resonance imaging (MRI) muskuloskeletal karena dapat menekan lemak dengan baik (Omoumi et al., 2023).

Selain dari beberapa sequence diatas. Terdapat pembobotan T2 yang digunakan dengan tujuan untuk menggambarkan patologis dan anatomi genu. Dari beberapa gambaran hasil citra yang dihasilkan. Hasil citra 3D SPGR terlihat lebih baik dibandingkan dengan gambaran hasil citra yang menggunakan sequence lainnya. Hal tersebut terjadi karena pada hasil citra tersebut visualisasi dari ligament, cartilage, dan cairannya terlihat lebih jelas. Namun pada proses pencitraannya membutuhkan waktu yang lebih lama. Penggunaan pembobotan T2 dalam MR MSK ini dapat membantu evaluasi pada organ anatomi genu, seperti untuk melihat true fluid (cairan dalam organ), melihat contour atau batas dari muscle, serta dapat mengevaluasi cartilage pada genu. Oleh karena itu, penggunaan pembobotan T2 pada sequence MR MSK dapat membantu memperhitungkan tindakan yang akan dilakukan juga pasca tindakan operatif.

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Magnetic Resonance Imaging (MRI) merupakan sebuah modalitas dalam pemeriksaan radiologi yang menggunakan prinsip pencitraan resonansi magnetik. Pada pemeriksaan MRI kali ini, ditemukan pasien dengan klinis osteoarthritis yang mana terjadi keretakan dan pelunakan tulang rawan sendi. Teknik pencitraan MRI pada tulang rawan artikular sendiri memiliki tantangan dalam menggambarkan struktur kompleks tersebut, terutama pada osteoarthritis. Penggunaan beberapa sequence seperti PD-FS, 3D SPGR, STIR, dan pembobotan T2 dapat memberikan gambaran yang penting dalam evaluasi tulang rawan dan struktur terkait. Sequence seperti 3D SPGR memberikan visualisasi yang lebih baik terhadap ligamen, cartilage, dan cairan, namun memerlukan waktu yang lebih lama. Sementara pembobotan T2 membantu dalam evaluasi patologis dan anatomi genu, serta memberikan informasi penting untuk perencanaan tindakan operatif dan pasca operasi. Dengan kemajuan teknologi MRI, penilaian morfologi tulang rawan menjadi lebih terperinci, memberikan wawasan penting dalam memahami faktor-faktor yang mempengaruhi struktur tulang rawan, terutama pada kondisi seperti osteoarthritis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun