Seandainya bak-bak itu disediakan oleh BUMDesa, lantas hasilnya ditampung oleh BUMDesa kemudian langsung didistribusikan ke pabrik penepungan, anda bisa bayangkan betapa dinamisnya kehidupan petani singkong di desa. Selain itu, bagi pabrik penepungan, dengan kerjasama melalui BUMDesa akan memudahkan mekanisme distribusi dan administrasinya.
Jika BUMDesa memiliki 10 petani saja yang tiap hari memproduksi 100 kg singkong segar, setidaknya setiap hari BUMDesa punya produk cip mocaf sebanyak 300 kg. Cip mocaf kering, dan selama 20 hari sudah bisa kirim satu truck cip mocaf (sekitar 6 ton).
Dengan asumsi diatas, secara asal-asalan kita bisa menghitung berapa modal yang diperlukan oleh BUMDesa. Menghitungnya cukup dengan mengalikan hasil akhir yang 6 ton dengan harga jual cip mocaf dikurangi laba yang diinginkan, atau 6.000 x (4.500-200) = Rp. 25.800.000,-, sebuah angka yang sama sekali tidak besar dengan adanya kebijakan Dana Desa yang mulai digulirkan.[caption caption="Koleksi sendiri"]
![](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/04/05/cip-mocaf-570336832323bd270556df64.jpg?v=600&t=o?t=o&v=555)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI