Seandainya bak-bak itu disediakan oleh BUMDesa, lantas hasilnya ditampung oleh BUMDesa kemudian langsung didistribusikan ke pabrik penepungan, anda bisa bayangkan betapa dinamisnya kehidupan petani singkong di desa. Selain itu, bagi pabrik penepungan, dengan kerjasama melalui BUMDesa akan memudahkan mekanisme distribusi dan administrasinya.
Jika BUMDesa memiliki 10 petani saja yang tiap hari memproduksi 100 kg singkong segar, setidaknya setiap hari BUMDesa punya produk cip mocaf sebanyak 300 kg. Cip mocaf kering, dan selama 20 hari sudah bisa kirim satu truck cip mocaf (sekitar 6 ton).
Dengan asumsi diatas, secara asal-asalan kita bisa menghitung berapa modal yang diperlukan oleh BUMDesa. Menghitungnya cukup dengan mengalikan hasil akhir yang 6 ton dengan harga jual cip mocaf dikurangi laba yang diinginkan, atau 6.000 x (4.500-200) = Rp. 25.800.000,-, sebuah angka yang sama sekali tidak besar dengan adanya kebijakan Dana Desa yang mulai digulirkan.[caption caption="Koleksi sendiri"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H