Kenapa para pembeli mesin rekayasa masih sangat sedikit?, mahal atau kurang feasible atau pembelinya yang bingung?, mau dijual kemana produk hasil olahan pasca panen ini?
Kenapa juga organisasi-organisasi persingkongan hanya sibuk mengumpulkan data, pidato iming-iming ke petani, lantas bicara ke pemerintah pusat, dapet sangu, selesai.
Yang terakhir, kenapa Pak Presiden malah "mbingungi", menganjurkan petani menanam sorgum?, lha wong singkong aja sudah tinggal ngatur enaknya, kok mau dikaburkan lagi dengan sorgum?.
------
Saya mendengar, Korea, China, Taiwan, sangat butuh produk turunan singkong seperti gaplek dalam jumlah besar. Mereka butuh untuk memenuhi kebutuhan industri kertas, industri makanan bahkan industri plastik box.
Saya mendengar, pabrik-pabrik pengolah singkong itu dibangun dengan kapasitas cukup besar, mulai dari 20 ton hingga ratusan ton per hari. Tapi mereka masih sering kekurangan bahan, sehingga produksi menjadi tidak efisien, sehingga harga pokok rata-rata produk yang dihasilkan masih tinggi.
Saya mendengar, dikota saya saja, Sidoarjo Jawa Timur, industri kerupuk tradisional menyerap hampir seribu ton perhari tepung untuk produksi kerupuk.
Saya mendengar, pabrik-pabrik kertas seperti Ciwi Kimia misalnya, butuh 50 ribu ton per minggu, belumlagi pabrik seperti Ajinomoto, Miwon, Sasa, dan pabrik-pabrik pakan ternak.
Saya bahkan pernah ditawari untuk menjadi pemasok keripik singkong, 2 ton sehari. Huh.....!!!, bayangkan banyaknya.
Saya juga mendengar, pemerintah pusat sudah membangun dan menunjuk orang-orang hebat untuk memikirkan perihal ketahanan dan kedaulatan pangan.
-----