"iya...!"
"Lantas ?" sebentar kursor tidak bergerak, Fitri sedang berfikir keras, jawaban apa yang paling tepat untuk Sampurno.
"iya bu...sebentar, Fitri masih menyisir rambut" ketukan di pintu kamar yang sudah ketiga kalinya oleh ibunya membuat Fitri sedikit gusar.
"Aku ingin kau memelukku dengan cintamu Sam.....!" akhirnya Fitri berhasil menulis jawaban.
Fitri segera lari menuju ruang tamu, menemui Prasojo, Sam lain penghuni hatinya.
Sementara Sampurno berteriak kegirangan, dia letakkan laptop tuanya di meja di sampingnya, dan ia gerakkan kedua tangannya seperti daun bambu yang terbang tertiup angin.
"Biarkan aku menari di depanmu Fitri, ingin kurenkuh dirimu dalam pelukan cintaku.... seperti maumu"
----------
Bunyi kursi roda anaknya, membuat Larasati segera naik ke kamar Sampurno, ia khawatir terjadi apa-apa dengan anaknya semata wayang, yang telah lama sekali menghabiskan hari-harinya di atas kursi roda. Kaki Sampurno lumpuh setelah kecelakaan lima tahun yang lalu, yang juga merenggut nyawa kekasihnya Arini.
Larasati sempat terpesona oleh binar cinta di wajah anaknya, tapi sejenak kembali air mata Larasati menggenangi pipinya yang telah mulai keriput. Dibiarkannya sejenak, dan ketika nampak Sampurno mulai lelah dengan tariannya, Larasati mendekat.
"Waktumu istirahat nak.....biarkan cinta itu menemani mimpimu malam ini"