Heningnya ruangan ini kunikmati dengan seksama,
saat rindu dan cinta semakin kejam menerkam hati kian sepi,
menatap kelam di ujung malam tanpa seraut pun wajah cinta menyapa.
Ribuan hati menyapaku menawarkan madunya,
namun tak ada satu pun wajah yang ku cari di antara mereka,
di mana ku ingin meletakkan lelahku sejenak di dadanya.
Ketika baru kusadari kau ada pada setiap tangisku,
tawarkan canda hingga lelahku hilang sejenak,
dan kau selalu ada walau tak pernah ada,
sudah cukup mewarnai hitam ini,
bahkan kini menggenggam hatiku,
'tuk tak perlu beranjak menjauh darimu.
--------
"Sam ! sudah selesai belum ?"
Sebetulnya baru tigapuluh menit tapi Fitri sudah menyapa Sampurno, kali ini di gmail, karena dilihatnya lead indikator gmail Sampurno menyala.
"Ah...cepat sekali kau Fit ? sudah nggak sabar ya ? kebetulan sekali aku juga sudah mau tekan send, tunggulah beberapa detik lagi"
"Sudah kau terima Fit ?"
"Iya, nih aku sedang baca", berdebar Sampurno menunggu, dan rupanya Sampurno tidak perlu menunggu lama, hanya dalam hitungan detik, kotak percakapan gmail Sampurno sudah berkedip tanda Fitri telah mengirimkan balasannya.
"Indah sekali puisimu Sam..!"
"benarkah ?"