Mohon tunggu...
Maslihatun
Maslihatun Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya Maslihatun, guru di salah satu SMK di Kota Slawi, Kab. Tegal, Provinsi Jawa Tengah. Saya mengajar mata pelajaran Informatika. Saat ini saya sedang mengikuti Pendidikan Guru Penggerak bagi Calon Guru Penggerak Angkatan 10 Kabupaten Tegal Provinsi Jawa Tengah. Besar harapan saya dengan membuat blog ini saya bisa menyelesaikan tugas pada kegiatan tersebut dan menyalurkan bakat saya di bidang menulis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Antar Materi - Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1 Filosofi Pemikiran Ki Hajar Dewantara

30 Maret 2024   21:27 Diperbarui: 30 Maret 2024   21:33 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kodrat Anak – Bermain

Bermain adalah salah satu kodrat anak. Pemikiran KHD setelah mengamati anak-anak bermain adalah dalam diri anak sudah ada pikiran-perasaan-kemauan-tenaga (cipta-rasa-karsa/karya-pekerti) dan dalam bermain itulah semua yang ada pada anak dapat berjalan dengan baik. Sehingga permainan anak dapat menjadi bagian pembelajaran di sekolah. Seperti permainan Congklak (Jawa Tengah) merupakan permainan yang mengolah pengetahuan metematika dan strategi untuk memenangkan permainan.

3. Pendidikan yang Berpihak pada Anak

“Bebas dari segala ikatan, dengan suci hati mendekati anak, bukan untuk meminta sesuatu hak, melainkan utnuk berhamba pada sang anak” (Ki Hajar Dewantara, 1922).

Maksud dari berhampa pada sang anak bukan beratti kita menuruti segala kemauan anak akan tetapi kita semurni-murninya dan seikhlas-ikhlasnya untuk bisa mengajar dan mendidik anak. Hal ini selaras dengan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik.

4. Bukan Tabula Rasa

“Anak bukan kertas kosong yang bisa Digambar sesuai keinginan orang dewasa” Anak lahir dengan kekuatan kodrat yang masih samar-samar. Tujuan Pendidikan adalah menuntun (memfasilitasi/membantu) anak untuk menebalkan garis samar-samar agar dapat memperbaiki lakunya untuk menjadi manusia seutuhnya. (KHD, 1936, Dasar-Dasar Pendidikan)

Bagaimana menebalkannya? Menebalkan laku anak dengan kekuatan konteks diri anak dan sosio-kultural/budaya artinya kita tetap menuntun anak sesuai dengan kodrat mereka (kodrat alam dan kodrat zaman) tanpa meninggalkan nilai-nilai budaya sekitar.

Dan KHD berpesan Pendidikan adalah tempat persemaian benih- benih kebudayaan. Kebudayaan dan Pendidikan adalah satu kesatuan yang utuh. Kebudayaan yang dimaksud adalah sebuah peradaban, sebuah cita-cita Masyarakat yang ingin kita bentuk sebagai sebuah bangsa, mimpi kita sebagai bangsa, itu semua kita semaikan benihnya, kita mulai kerjakan, dari apa yang kita kerjakan di Pendidikan.

5. Budi Pekerti

“Budi pekerti, waak karakter adalah bersatunya (perpaduan harmonis) antara gerak, pikiran dan perasaan dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga/semangat” (KHD, 1936, Dasar-Dasar Pendidikan, hal.6, paragraph 3). Bahwa perpaduan harmonis cipta, rasa, karsa/karya serta pekerti akan menghasilkan keseimbangan (keselarasan) hidup. Seperti seni gamelan Dimana terdapat berbagi jenis alat music dengan berbagai ukuran, bentuk yang menghasilkan bunyi yang berbeda-beda seperti gong, bonang, kendhang, saron, kempung, gambang slenthem dan sebagainya tetapi saat alat musik tersebut dimainkan dengan baik akan menghasilkan suara yang indah dan menenangkan hati pendengarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun