Pada saat istirahat di bawah tangga ke ruang atas museum, anak penulis mencoba menaiki sebuah reflika ayunan khas Banjar yang biasanya digunakan oleh masyarakat Banjar dalam rangka kegiatan 'Baayun Mulud' . Ayunan yang dibuat kain yang besar yang diikat pada dua buah tiang yang ada di samping dengan hiasan atau ornamen khas Banjar serta pernak-pernik khas Banjar lainnya.
Ada beberapa buah reflika 'jukung' yang dipamerkan, dengan bahan dari kayu ulin atau kayu besi. Kayu ulin merupakan kayu khas hutan Kalimantan yang kini sudah sangat langka. Kayu yang kuat dan tahan air serta anti rayap.
Sekitar pukul 13.15 WIT, penulis dan keluarga keluar dari Museum Lambung Mangkurat untuk pulang, setelah cukup lama berkunjung dan melihat-lihat koleksi benda yang ada dalam museum yang tertua dan terlengkap di Kalimantan Selatan ini.Â
Semoga nanti dapat berkunjung lagi guna mengingat dan mengenag kembali sejarah masa lalu untuk menata dan membangun masa depan. Semoga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H