Mohon tunggu...
Maslani SPd
Maslani SPd Mohon Tunggu... -

Pendidik di SMPN 4 Pelaihari , Kabupaten Tanah Laut., Kalimantan Selatan. Memulai menekuni menulis artikel secara rutin sejak tahun 2013, khususnya artikel yang berkaitan dengan dunia pendidikan. Beberapa tulisan artikel terbit di koran lokal Kalimantan Selatan, baik koran Banjarmasin Post maupun Radar Banjarmasin.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru dan Tradisi Menulis Karya Tulis Ilmiah

4 November 2018   17:35 Diperbarui: 2 Desember 2018   20:20 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Memang, Pemerintah dan berbagai pihak melakukan upaya menumbuhkan minat menulis dengan berbagai kegiatan yang diikuti oleh banyak guru, seperti seminar atau lokakarya penulis karya ilmiah. 

Namun, hasilnya tidak sesuai dengan maksud dan tujuan upaya tersebut, karena setelah seminar atau lokakarya, guru kembali seperti dulu. Mereka hanya mencari  sertifikat sebagai tanda mengikuti kegiatan seminar  atau lokakarya tersebut, bahkan sampai ada yang berani membeli tanpa harus hadir dalam kegiatan tersebut.

Seminar atau lokarya penulisan karya tulis ilmiah hanya sekedar formalitas belaka, tanpa ada tindak lanjut dan hasilnya yang berupa karya tulis dimaksud.

Jika pun ada karya tulis ilmiah tersebut, patut dipertanyakan keaslian atau orisinalisnya, karena ditengarai banyak 'pabrik' pembuatan makalah dan PTK (Penelitian Tindakan Kelas) untuk oknum guru yang akan naik pangkat, khususnya ke pangkat dan golongan IV.

Tuntutan persyaratan kenaikan pangkat dengan karya tulis ilmiah berupa PTK atau PTS, kini  sudah mulai diberikan keringanan dengan karya tulis lain, yaitu best practice dan karya inovatif.

Kedua bentuk karya tulis tersebut dianggap tidak terlalu ilmiah dan berat seperti PTK atau PTS.  Best practice dan karya inovatif dianggap lebih sederhana dan mudah dilaksanakan oleh guru, tanpa perlu penelitian yang berbulan-bulan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun