Mohon tunggu...
Maskurotun Nadhirah
Maskurotun Nadhirah Mohon Tunggu... Guru - penyuka sastra

menyukai dunia sastra, dalam bidang film, cerpen maupun puisi

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cerpen "Ibuku Berbeda"

12 Mei 2023   09:21 Diperbarui: 12 Mei 2023   09:24 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Kasih ibu kepada beta, tak terhingga sepanjang masa! Berkali-kali lagu ini terus terdengar. Ini juga pertanda bahwa sudah berkali-kali pula mamaku menelponku. Aku sungguh malas untuk menjawabnya karna mama pasti hanya menelepon untuk membangunkanku. Dari semalam mama tidak pulang karena harus lembur kerja di kantornya. Mamaku adalah seorang pengacara yang ramah dan penuh cinta, setidaknya itu yang dikatakan klien-klien mama. Karena sangat mencintai kliennya, hingga membuat ia lupa mencintai putrinya sendiri. Sekali lagi, lagu itu kembali terdengar saat jiwaku masih di alam mimpi.

Kasih ibu kepada beta, tak terhingga sepanjang masa! Dengan mata terpejam aku menjawab panggilan mama, dari dalam telpon terdengar suara lembut mama "bangun Zira sayang, sudah pagi. Kamu harus sekolah, jangan lupa sarapan, ada roti dan selai di dapur. Mama juga sudah siapkan uang jajanmu di atas kulkas. Sudah ya mama harus rapat sekarang, see you" aku hanya mengangguk sambil berusaha membuka mataku agar segera bangun. Malam tadi aku tidur cukup larut karena menunggu mama pulang kerja agar bisa tidur bersama, tetapi aku malah tertidur dan mama juga tidak pulang. Rasanya sudah lama sekali aku tidak tidur bersama mama, bahkan aku sudah mulai lupa aroma tubuh mama yang sangat kusukai. Aku sudah terbiasa dengan situasi seperti ini, jadi aku sudah tidak merasa kecewa lagi.

Akupun bergegas untuk segara mandi, memakan roti selai coklat yang ada di tudung saji dan mengambil uang jajan di atas kulkas. Setiap pagiku hampir melakukan rutinitas yang sama, kecuali hari minggu atau libur. Sungguh hidup yang membosankan, belum lagi aku harus iri melihat teman-temanku yang diantar orang tuanya ke sekolah. Sedangkan aku? Aku selalu diantar pengemudi ojek langganan mama.

Matahari kian meninggi, pertanda sebentar lagi waktu pulang sekolah. Aku terus melihat pintu gerbang, mengamati setiap kendaraan yang mulai ramai datang menjemput anak atau keluarganya. Tapi, diantara sekian banyak kendaraan kenapa tak kulihat mobil mama? Pasti mama menyuruh tukang ojek lagi untuk menjemputku. Sungguh menyebalkan, apa mama tidak tahu aku paling benci pulang dengan tukang ojek terus. Dengan perasaan kesal aku pulang dengan tukang ojek berjaket hijau daun itu. Tapi saat mendekati pagar rumah perasaanku seketika berubah, kulihat mobil merah mama sedang terparkir rapi di  garasi. Itu berarti mama ada di rumah dan pulang lebih awal hari ini.

"assalamualaikum"

"walaikumsalam, sudah pulang kak?"               

"asik! Mama pulang cepat, kita bisa tidur dan main bareng deh"

"hehe kamu itu bukan anak kecil lagi, sekarang sudah SMP masih aja suka tidur sama mama"

"biarin. Ma Zira lapar"

"sebentar ya mama masak dulu, kamu ganti baju dulu sana"

"siap boss"

Aku langsung bergegas mengganti pakaianku dan langsung duduk di dapur menatap mama yang sedang memasak. Sungguh aroma masakan mama, aroma tubuh mama aku menyukai semuanya. Bagi kalian hal seperti ini mungkin sangat biasa, tapi bagiku hari seperti ini adalah hari yang istimewa. Dalam seminggu belum tentu mama ada di rumah saat siang hari, itulah mengapa hatiku sangat senang seperti ada ribuan bunga yang bermekaran.

"kenapa liatin mama terus?"

"karena sudah lama mama gak masak buat aku"

"kamukan tau mama sibuk sayang"

"iya Zira tau. Zirakan anak mama yang pintar"

"udah cepet di makan, nanti dingin"

Aku langsung melahap habis nasi gorengku di piring, meskipun tanpa dekorasi yang cantik ataupun daun selada yang menggugah selera tetap saja nasi goreng ini terlezat di dunia. 

"ma, kita buat kue bolu kesukaan Zira ya ma"

"mama gak bisa sayang, mama lagi sibuk"

"tapikan mama lagi dirumah, kenapa sibuk?"

"meski mama di rumah, bukan berarti mama gak kerja Zira. Mama hanya gak mau aja ninggalin kamu terlalu lama di rumah sendiri, jadi mama kerja di rumah. Kamu ngertiin mama ya sayang"

Bagai diterpa badai, bunga-bunga yang bermekaran di hatiku seketika mati tak tersisa. Hatiku hancur mendengar ucapan mama, aku kecewa dengan mama. tapi aku hanya mengangguk membalas ucapan mama, aku tak mau menjadi anak yang merepotkan untuk mama. Kutahan sebisa mungkin air mata yang sudah memenuhi kedua mataku, aku tak mau menitikkan air mata di depan mama. Biasanya aku akan menangis di kamar mandi dengan keran air yang menyala agar tak ketahuan. Setelah cukup lama duduk di meja makan dengan mama tanpa sepatah kata, akupun pergi ke kamar berusaha melupakan semuanya. Aku masih berpikir positif bahwa setidaknya nanti malam mama pasti sudah selesai bekerja.

**

Aku melirik jam di dinding, sudah hampir tengah malam. Kubuka perlahan pintu kamarku agar tak berderit. Kulihat mama masih sibuk di depan laptopnya, dengan satu tangan memegang dokumen dan satu tangan lagi memegang cangkir kopinya, disekitarnya banyak sekali tumpukan-tumpukan kertas yang berantakan. Aku menghela napas panjang, kurasa pekerjaan itu tak akan berakhir dan kesempatanku bermain dengan mama punah sudah. Entah mengapa saat itu aku benar-benar tak bisa menahannya, aku menangis tersedu-sedu di balik pintu kamar. Emosiku menguasai pikiranku, tak biasanya aku begini.

"ada apa Zira? Kenapa menangis? Kamu sakit?" mama yang mendengar tangisanku langsung berlari menuju arahku.

Aku segara menatap mama dengan penuh air mata "kenapa mama begini?"

"mama kenapa? Mama ada salah?"

Dengan terisak aku melimpahkan semua yang ada di pikiranku pada mama "mama tahu? Mama adalah seluruh dunia Zira , mama adalah kesukaan Zira, mama segalanya bagi Zira. Tapi mama? Kerja adalah dunia mama, Zira tidak ada di bagian hidup mama. Kenapa mama jahat sama Zira?"

Mendengar ucapanku mama sontak terdiam, dari matanya mengalir deras air mata. Mama memelukku dengan erat, dengan terisak mama berbisik di telingku.

"bukan begitu sayang"

" apa mama tahu kenapa nada panggilanku lagu kasih ibu? Itu semua karna mama, lagu itu agar selalu mengingatkanku dengan kasih sayang mama. Karena aku sudah mulai lupa bagaimana kasih sayang mama"

"bukan begitu Zira sayang"

Seolah tak medengar semuanya, aku langsung berlari meninggalkan mama. Perasaanku sungguh teraduk, aku merasa lega karena telah mengungkapkan perasaanku pada mama tapi aku juga merasa bersalah pada mama. Aku tak tahu harus pergi kemana, aku hanya ingin menghindari mama untuk saat ini. Kaki terus berlari, pikiranku bener-benar kacau saat itu dan kaki terhenti di gudang rumah kami. Aku masuk ke gudang dan mengunci pintunya, sudah hampir dua jam lebih aku menangis. Kini perasaanku jauh lebih tenang. Aku melihat sekitarku, dan mataku langsung tertuju pada tumpukan buku yang ada di pojok ruangan. Aku mengambil buku tersebut dan meniup bagian depannya karena tertutup oleh debu. Kubuka lembar pertama, terlihat fotoku dan mama di kebun binatang sedang memberi makan rusa. Kubuka dengan hati-hati setiap lembar buku album tersebut, terlihat foto-foto masa kecilku dan liburanku dengan mama. Melihat foto itu sontak membuatku teringat mama, mama memang bukan seorang ibu yang selalu berada di sampingku. Tapi mama adalah ibu yang menghabiskan seluruh hidupnya demi kebutuhanku. Perhatian mamaku berbeda dengan perhatian mama kalian. Mamaku berbeda dengan mama kalian, aku tidak boleh menyalahkan mamaku. Meski mamaku sering sibuk tapi mamaku adalah yang terbaik bagiku. Kasih sayang mamaku juga tidak kalah besar dengan mama kalian. Dengan perasaan bersalah aku langsung berlari memeluk mama, aku menangis di pelukan mama.

"maafin Zira ma, Zira salah. Seharusnya Zira gak begitu."

"gak papa sayang, maafin mama gak bisa jadi mama yang baik buat Zira"

"gak mama, mama adalah mama terbaik bagi Zira. Mama yang selalu penuhi kebutuhan Zira semenjak papa gak ada. Meskipun mama berbeda dengan mama-mama yang lain, tapi mama tetap favorit Zira selamanya."

"makasih sayang" mama tak bisa berhenti menangis mendengar ucapanku, ia terus memelukku sambil mencium pipiku.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun