Bagai diterpa badai, bunga-bunga yang bermekaran di hatiku seketika mati tak tersisa. Hatiku hancur mendengar ucapan mama, aku kecewa dengan mama. tapi aku hanya mengangguk membalas ucapan mama, aku tak mau menjadi anak yang merepotkan untuk mama. Kutahan sebisa mungkin air mata yang sudah memenuhi kedua mataku, aku tak mau menitikkan air mata di depan mama. Biasanya aku akan menangis di kamar mandi dengan keran air yang menyala agar tak ketahuan. Setelah cukup lama duduk di meja makan dengan mama tanpa sepatah kata, akupun pergi ke kamar berusaha melupakan semuanya. Aku masih berpikir positif bahwa setidaknya nanti malam mama pasti sudah selesai bekerja.
**
Aku melirik jam di dinding, sudah hampir tengah malam. Kubuka perlahan pintu kamarku agar tak berderit. Kulihat mama masih sibuk di depan laptopnya, dengan satu tangan memegang dokumen dan satu tangan lagi memegang cangkir kopinya, disekitarnya banyak sekali tumpukan-tumpukan kertas yang berantakan. Aku menghela napas panjang, kurasa pekerjaan itu tak akan berakhir dan kesempatanku bermain dengan mama punah sudah. Entah mengapa saat itu aku benar-benar tak bisa menahannya, aku menangis tersedu-sedu di balik pintu kamar. Emosiku menguasai pikiranku, tak biasanya aku begini.
"ada apa Zira? Kenapa menangis? Kamu sakit?" mama yang mendengar tangisanku langsung berlari menuju arahku.
Aku segara menatap mama dengan penuh air mata "kenapa mama begini?"
"mama kenapa? Mama ada salah?"
Dengan terisak aku melimpahkan semua yang ada di pikiranku pada mama "mama tahu? Mama adalah seluruh dunia Zira , mama adalah kesukaan Zira, mama segalanya bagi Zira. Tapi mama? Kerja adalah dunia mama, Zira tidak ada di bagian hidup mama. Kenapa mama jahat sama Zira?"
Mendengar ucapanku mama sontak terdiam, dari matanya mengalir deras air mata. Mama memelukku dengan erat, dengan terisak mama berbisik di telingku.
"bukan begitu sayang"
" apa mama tahu kenapa nada panggilanku lagu kasih ibu? Itu semua karna mama, lagu itu agar selalu mengingatkanku dengan kasih sayang mama. Karena aku sudah mulai lupa bagaimana kasih sayang mama"
"bukan begitu Zira sayang"