Mohon tunggu...
Maskurotun Nadhirah
Maskurotun Nadhirah Mohon Tunggu... Guru - penyuka sastra

menyukai dunia sastra, dalam bidang film, cerpen maupun puisi

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cerpen "Ibuku Berbeda"

12 Mei 2023   09:21 Diperbarui: 12 Mei 2023   09:24 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seolah tak medengar semuanya, aku langsung berlari meninggalkan mama. Perasaanku sungguh teraduk, aku merasa lega karena telah mengungkapkan perasaanku pada mama tapi aku juga merasa bersalah pada mama. Aku tak tahu harus pergi kemana, aku hanya ingin menghindari mama untuk saat ini. Kaki terus berlari, pikiranku bener-benar kacau saat itu dan kaki terhenti di gudang rumah kami. Aku masuk ke gudang dan mengunci pintunya, sudah hampir dua jam lebih aku menangis. Kini perasaanku jauh lebih tenang. Aku melihat sekitarku, dan mataku langsung tertuju pada tumpukan buku yang ada di pojok ruangan. Aku mengambil buku tersebut dan meniup bagian depannya karena tertutup oleh debu. Kubuka lembar pertama, terlihat fotoku dan mama di kebun binatang sedang memberi makan rusa. Kubuka dengan hati-hati setiap lembar buku album tersebut, terlihat foto-foto masa kecilku dan liburanku dengan mama. Melihat foto itu sontak membuatku teringat mama, mama memang bukan seorang ibu yang selalu berada di sampingku. Tapi mama adalah ibu yang menghabiskan seluruh hidupnya demi kebutuhanku. Perhatian mamaku berbeda dengan perhatian mama kalian. Mamaku berbeda dengan mama kalian, aku tidak boleh menyalahkan mamaku. Meski mamaku sering sibuk tapi mamaku adalah yang terbaik bagiku. Kasih sayang mamaku juga tidak kalah besar dengan mama kalian. Dengan perasaan bersalah aku langsung berlari memeluk mama, aku menangis di pelukan mama.

"maafin Zira ma, Zira salah. Seharusnya Zira gak begitu."

"gak papa sayang, maafin mama gak bisa jadi mama yang baik buat Zira"

"gak mama, mama adalah mama terbaik bagi Zira. Mama yang selalu penuhi kebutuhan Zira semenjak papa gak ada. Meskipun mama berbeda dengan mama-mama yang lain, tapi mama tetap favorit Zira selamanya."

"makasih sayang" mama tak bisa berhenti menangis mendengar ucapanku, ia terus memelukku sambil mencium pipiku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun