Mohon tunggu...
Maskur Abdullah
Maskur Abdullah Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis dan Trainer

Jurnalis dan trainer, tinggal di Medan.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Kuswanda, Doktor Orang Utan Tapanuli Pertama di Indonesia

9 Februari 2021   15:41 Diperbarui: 9 Februari 2021   15:49 969
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rektor Universitas Sumatera Utara (USU) Dr Muryanto Amin, S.Sos M.Si. (Foto/Ist)

Prof Dr R Hamdani Harahap. (Foto/Ist)
Prof Dr R Hamdani Harahap. (Foto/Ist)
Lebih jauh lagi, Kuswanda memaparkan bahwa konflik antara manusia dan orangutan akan tinggi pada daerah yang banyak ditemukan pohon pakan, aktivitas penebangan dan rusaknya tanaman masyarakat, seperti di Daerah Bulu Mario, Aek Batang Paya, Aek Nabara sampai daerah Marancar.

"Masyarakat akan mendukung program mitigasi konflik asalkan bermanfaat juga untuk peningkatan sumber ekonomi mereka," ungkap Kuswanda.

Dukungan Kolaborasi Aktif

Kuswanda menyebutkan berbagai macam strategi yang dapat dikembangkan dalam mitigasi konflik, seperti optimalisasi perlindungan hutan konservasi. Pada wilayah KPH disarankan pengayaan tumbuhan pakan sedangkan pada lahan masyarakat sebaliknya adanya pembangunan koridor, pengembangan ekonomi alternatif dan revitalisasi kearifan lokal.

"Pemberian kompensasi non tunai juga dapat menjadi solusi jangka pendek pada masyarakat yang tanamannya dikonsumsi oleh orangutan dengan kesepakatan mereka tidak mengusir orangutan dari kebunnya," ungkapnya.

Namun Kuswanda menilai, mitigasi yang dilaksanakan akan lebih efektif jika ada dukungan dari berbagai pihak untuk berkolaborasi secara aktif. Secara kelembagaan, dalam pelaksanaannya, Kementerian LHK (Balai Besar KSDAE Sumatera Utara), Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan dan Lembaga Masyarakat harus berkolaborasi dalam penanggulangan konflik orangutan Tapanuli.

"Pihak swasta dan LSM dapat menjadi mitra dalam mendukung penganggaran maupun pendampingan pada masyarakat," tutur Doktor yang telah memulai meneliti orangutan Tapanuli sejak tahun 2003 saat mulai bekerja di Balai Litbang LHK Aek Nauli sampai sekarang.

Prof Dr Jito Sugarjito, ahli orangutan senior dari Universitas Nasional Jakarta, menyambut baik kelulusan ahli orangutan.

"Lahirnya doktor baru di bidang orangutan Tapanuli ini diharapkan dapat memotivasi para peneliti muda untuk melakukan berbagai topik riset satwa liar sebagai bagian dalam menjaga kelestarian Lansekap Batangtoru sebagai kekayaan alam tersisa di Sumatera Utara," lanjut Prof Sugarjito.

Sebelumnya, Dr. Wanda Kuswanda memperoleh gelar S1-nya pada Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan pada Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Kemudian dia meraih S2 pada Program Studi Ilmu Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada. (**)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun