"Air hujan masuk," teriak seorang penumpang, yang langsung berdiri dari tempat duduknya. "Pak sopir, ini bocor dari atas, air hujannya masuk," lanjut laki-laki berkulit gelap tersebut.
Penumpang bercelana potong ini, Â sebelumnya duduk menyamping di kursi paling ujung sebelah kanan, di dalam bus Damri Trans Mebidang (Medan -- Binjai Deliserdang), Sabtu siang (3/2/2018). Saat itu, bus berwarna biru ini dari arah Pusat Pasar Medan, melintas di sekitaran Amplas Medan, menuju Lubukpakam, Deliserdang.
Saat itu, penulis juga menumpang bus yang sama, menuju Lubukpakam, Deliserdang. Penulis duduk di bangku paling belakang, menghadap ke depan, sehingga melihat kejadian tersebut. Memang tampak, air hujan menetes deras di beberapa titik, jatuh di atas kursi penumpang, dan sebagian jatuh ke lantai bus.
Heran juga, pikir penulis, soalnya bus Damri Trans Mebidang ini baru sekitar akhir tahun (bulan Nopember) 2015, beroperasi. Baru sekitar 2 tahunan, kondisi bus sudah bocor di sana-sini ketika hujan. "Bapak lihat itu, lantainya saja sudah jelek begitu. Sudah kurang terawatt," ujar Irwan, penumpang yang duduk di sebelah penulis.
Cara Mengemudi Kurang Nyaman
Sepanjang perjalanan, sopir bus Damri Mebidang ini sering kali menginjak rem secara tiba-tiba, menyebabkan para penumpang bergoyang. Terutama penumpang yang berdiri, bisa-bisa terlempar, bila tidak berpegangan kuat pada tali gantungan pengaman.
Sang sopir semakin menjadi-jadi, ketika posisi bus sudah melewati daerah macet (keluar dari kota). Bus berjalan lebih kencang, seperti terburu-buru. Suatu kali, ketika bus berada di sekitar Tanjungmorawa, para penumpang sempat berteriak, saat sang sopir tiba-tiba membanting stir ke kanan, menghindari pengendara sepeda motor. Setelah itu sopir tetap tancap gas, seperti ingin mengejar suatu.
"Benar-benar gak nyaman pak. Belakangan ini para sopirnya agak ugal-ugalan begini, padahal dulu gak begini," kata penumpang wanita yang duduk di sebelah kiri penulis.
"Air hujan masuk om," ungkap Reza, lelaki yang bekerja di sebuah perusahaan bubur kertas (rayon) di Porsea tersebut. Menurut Reza, cara sopir mengemudikan bus juga membuat penumpang kurang nyaman. "Malah tadi bus kita sempat senggolan dengan angkot, karena sopir kita ngerem tiba-tiba," lanjutnya.
Setahu penulis, bus Damri Trans Mebidang, yang berada di bawah tanggungjawab Perum Damri ini,melayani penumpang untuk Koridor I (Medan-Lubuk Pakam) dengan rute, (berangkat); Pusat Pasar, Jalan Asia, Jalan Pandu, Jalan Sisingamangara, Jalan Medan, Tanjung Morawa, dan Terminal Lubuk Pakam. Untuk rute kembali; Terminal Lubuk Pakam, Jalan Sisingamangaraj, Jalan Rahmadsyah, Jalan Sutomo, Jalan MT Haryono dan Pusat Pasar.
Sementara itu Koridor II, Medan-Binjai, rute (berangkat); Terminal Binjai, Jalan Medan, Binjai, Jalan Gatot Subroto, Jalan Kapten Maulana Lubis, Jalan Raden Saleh, Jalan Balai Kota, Jalan Bukit Barisan, Jalan Stasiun KA, Jalan MT Haryono dan Pusat Pasar. Untuk rute kembali; Pusat Pasar, Jalan Sutomo, Jalan Prof. M. Yamin, Jalan Putri Hijau, Jalan Guru Patimpus, Jalan Gatot Subroto, Jalan Medan, Binjai, dan Terminal Binjai.
 Semoga saja tulisan ini bisa memberi masukan kepada manajemen Perum Damri di Suamtera Utara. Kita berharap,  kualitas pelayanan transportasi publik yang nyaman, seperti didambakan masyarakat, benar-benar dapat terpenuhi. Semoga
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H