Di dalam kesulitan ada kemudahanÂ
Jakarta adalah kota besar, tetapi fasilitas transportasi umumnya sangat banyak. Sungguh beruntung penduduk Jakarta dibandingkan dengan kota-kota lainnya di tanah air. Di Jakarta ada beberapa moda transportasi, baik transportasi publik mau pun privat.Â
Transportasi publik dilaksanakan oleh pemerintah, sedang transportasi privat dilakukan oleh swasta. Jenis transportasi publik di Jakarta ada Kereta Bandara, MRT, TranJ. Ada pun transportasi privat ada taksi online/aplikasi mau pun moda transportasi pariwisata lainnya.Â
Memilih transportasi publik untuk pergi ke suatu tempat di Jakarta dapat menghemat biaya. Hal itu karena ongkos yang harus dikeluarkan pada saat menggunakan transportasi publik sangat murah.
Tetapi mengingat perkembangan Jakarta sudah begitu pesat, maka untuk menempuh jarak dari satu tempat ke tempat lain di Jakarta, jika akan menggunakan transportasi publik, harus mengetahui secara detail letak dan lokasi stasiun pada rute moda transportasi yang akan dipilih. Bagi saya yang berasal dari luar kota, bukan suatu hal yang mudah untuk menemukan rute moda transportasi yang hendak dipilih. Apalagi saya masih harus mengetahui di stasiun tempat untuk ganti moda transportasi, jika untuk mencapai temoat tujuan, harus ganti moda transportasi.Â
Tentu saja saya menemui kesulitan untuk menentukan stasiun tempat ganti moda transportasi.Â
Tetapi, di dalam setiap kesulitan ada kemudahan.
Lalu saya mengontak teman-teman di WAG. Saya berharap, ada teman yang tinggal di Jakarta dapat membantu kesulitan yang saya hadapi.Â
[Assalamualaikum, karena satu dan lain hal, saya berencana, Insya Allah akan ke Jakarta. Mohon bantuan info dariÂ
teman-teman, jika saya naik KA Bandara lalu ganti mode naik MRT, maka saya harus berhenti di stasiun yang di sana, saya dapat ganti mode ke tempat X. Apakah ada teman-teman yang dapat membantu informasi stasiun MRT tempat ganti mode TransJ itu?]tanya saya.
[Langsung saja dari bandara naik Damri ke Blok M. Lalu cari TranJ keÂ
tujuan X. Simpel.] Ada yang mencoba membantu menjawab.
[Yah, saya sudah lama nggak ke Jakarta, Jadi ingin menikmati moda-moda transportasi yang hanya ada di Jakarta.] kata saya, memelas.
[Maaf, Mas MJK, saya tidak dapat membantu. Semoga Allah mudahkan urusan Mas MJK. Aamiin.] Ada teman lain lafi yanb merespon.
'Loh, ini kan WAG, mantan pejabat. Mana ada yang naik moda transportasi umum?' Pikir saya.Â
Lalu, saya pindah ke WAG lainnya. Qadarullah, mendapat respon yang mirip. Secara garus besar, kalau ingin naik moda transportasi umum dari bandara ke tujuan X di Jakarta, bagus, naik Damri tujuan Blok M, lalu naik TranJ ke tujuan X.Â
[Coba naik TranJ dari Bandara, kayaknya sudah ada rute TranJ dari dan ke bandara sekarang. Tetapi mungkin harus mencari dulu stasiun TranJ di Bandara.]tiba-tiba muncul respon dari WAG yang anggotanya mantan pejabat.
[Rute TransJ dari dan keÂ
Bandara masih baru, mungkin agak susah mencari stasiunnnya. Bagus naik taxi saja dari Bandara ke X, kan X di wilayah Jakarta Barat, masih tidak begitu jauh dari Bandara Cengkareng.] ada yang memberikan info lain lagi di WAG mantan pejabat.
'Kalau naik taksi, bagi pangsiunan seperti saya sekarang ini mahal. Taksi kan termasuk transportasi privat. Beda dengan transportasi publik.' Pikir saya.
Kemudian saya mencoba melemparkan masalah yang saya hadapi ke WAG mantan aktivis.Â
[Bapak nanti saat naik MRT dapat berhenti di CSW. Dari CSW, Bapak dapat ganti mode TranJ ke X.] jawab salah satu teman WAG mantan aktivis.Â
[Alhamdulillah, terima kasih infonya, mas.] jawab saya.
Setelah mendapat informasi itu, terbuka pejuang saya untuk ganti-ganti transportasi dari Bandara Cengkareng ke tujuan X di Jakarta. Alhamdulillah. Di dalam kesulitan ada kemudahan.
Saya pun lalu mencoba mengalkulasi biaya alternatif-alternatif yang dapat saya pilih:
1. Langsung menuju tempat tujuan, moda  privat, biaya sekitar 150.000.
Dari bandara menuju ke tempat tujuan dengan menggunakan taksi. Taksi merupakan moda transportasi privat sehingga biaya relatif paling mahal. Namun tentu saja itu merupakan pilihan yang sangat efisien. Tinggal cari taksi, Insya Allah akan duduk nyaman hingga sampai ke tempat tujuan.
2. Ganti moda 3 kali, 1 kali moda privat, biaya 120.000.
Ternyata dari bandara ada moda transportasi umum, KA Bandara menuju Stasiun BNI. Di sana nanti juga bisa transit dan ganti moda transportasi umum MRT, sampai Lebak Bulus. Dari Lebak Bulus baru menggunakan moda transpirasi privat, taksi menuju tempat tujuan.
Pilihan alternatif ini mungkin tidak efisien tetapi efektif. Efektif dalam pengertian dapat menikmati hampir  semua moda transportasi yang ada di Jakarta dan belum ada di kota lain.
3. Ganti moda 2 kali, biaya sekitar 90.000.
Dari bandara juga dapat naik Damri sebagai moda transportasi umum menuju ke Blok M. Dari Blok M lalu ganti naik TransJ yang juga masih merupakan moda transportasi umum menuju tempat tujuan.
Pilihan ini mungkin tidak efisien, namun lumayan efektif untuk karena biayanya cukup murah.
4. Ganti moda 3 kali, biaya sekitar 60,500.
Jika ingin menikmati semua moda transportasi umum dari bandara ke tempat tujuan dapat juga memilih naik KA Bandara menuju Stasiun BNI, lalu baik MRT, tetapi turun di Stasiun CSW. Dari sana, lalu ganti naik TransJ menuju tempat tujuan.
5. Ganti moda 2 kali, 1 kali moda privat, biaya sekitar 60,000.
Pilihan lain adalah mencoba mencari jalur TransJ dari Bandara ke Kali Deres. Setelah itu, lalu mencari taksi menuju tempat tujuan.
Ini pilihan yang lumayan efisien.
Terapj, akhirhya saya memilih ganti moda transportasi lebih dari 2 kali, walau pun bisa jadi, saya lalu  seperti orang kampung masuk kota, karena ingin menikmati semua moda transportasi yang ada di Jakarta.Â
Begitu sampai di Bandara Cengkareng, saya bertanya arah ke stasiun KA Bandara. Alhamdulillah begitu sampai stasiun KA Bandara dengan babtuan hp, saya dapat memperoleh tiket. Dus, saya tidak mengeluarkan uang. Setelah sholat dan mencharge baterai hp, saya ikut antri untuk menunggu kedatangan KA Bandara.Â
"Alhamdulillah." saya bernafas lega.Â
'Insya Allah nanti di stasiun BNI, saya harus ganti mode MRT menuju stasiun CSW'pkir saya.
Saat ingin masuk ke MRT, ada karyawan yang membantu mencek saldo kartu tol saya.Â
"Masih ada saldo 250 ribu, pak" katanya.
Alhamdulillah. 'Sungguh aku beruntung hari ini, ya, Allah.' Pikir saya.
"Apakah kartu ini, dapat saya gunakan untuk naik TransJ nanti, mbak?" Tanya saya.
"Bisa, pak."Â
"Alhamdulillah." kata saya lagi.Â
'Bersyukur kepada Allah itu perlu, untuk mengingatkan bahwa, nikmat yang telah didapatkan hari ini, bukan semata-mata hasil usaha saya sendiri, tetapi juga berkat pertolongan dan Rahmat Allah Ta'ala.' Pikir saya.
Saat sampai stasiun CSW, saya pun P ganti mode lagi dari MRT ke TransJ.Â
Nah, saat naik TransJ itulah, jantung saya berdegup kencang. Saya baru ingat, begitu menjadi pangsiunan, saya tidak mempunyai power bank lagi. Saya lihat hp sudah hampir low bat. Lalu saya mencoba menjapri keluarga di tempat tujuan.Â
Qadarullah, sampai saya turun dari TransJ HP saya mati dan respon dari keluarga pun belum saya dapatkan. Setelah mendapat nikmat kemudahan menikmati moda-moda transportasi publik di Jakarta tanpa mengeluarkan uang sepeser pun, saya tidak dapat menggunakan hp. Jangankan  untuk memesan taksi on line,sedangkan untuk mengetahui alamat tujuan saja, saya belum dapat info, karena baterai hp saya habis. Ini musibah namanya.Â
Berjalan, sudahkah jarak masih jauh, tifak tahu pula alamat yang hendak dituju. Istigfar.
Alhamdulillah, ada tampak warung sate kambing di tepi jalan arah ke komplek temoat tujuan. 'Sate kambing, ini makanan kesukaan saya. Insya Allah di sana, nanti saya dapat meminta bantu untuk mencharge baterai hp.' Pikir saya.
Hikmah dibalik musibah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H