"Alhamdulillah, bagus itu." Jawab saya penuh semangat.
"Jam berapa berangkatnya?" Tanya istri saya.
"Jam enam pagi." Kata Si Sulung Ganteng.
"Jangan yang itu. Pilih yang agak siangan!" Seru istri saya.
"Memang kenapa kalau berangkat jam 6 pagi?" Kata Si Sulung Ganteng dengan nada heran.
"Tapi, tadi disuruh cari tiket yang harganya murah." Lanjut dia.
"Kalau terlalu pagi dari rumah, kasihan bapakmu. Harus sebelum subuh berangkat dari rumah." Jawab istri saya.
"Kalau agak siang, ya, lebih mahal lagilah harga tiketnya." Kata Si Sulung Ganteng.
"Mahal sedikit nggak apa-apa. Kasihan bapakmu kalau berangkat terlalu pagi!" Seru istri saya, menegaskan.
Sampai di bagian ini, apakah sudah dapat dilihat bahwa seorang perempuan itu cepat lupa?
Tetapi, tunggu dulu, kisah ini belum selesai, sehingga jangan pula cepat-cepat mengambil kesimpulan.
Hampir setiap saat, hampir setiap hari, istri saya bertanya, apakah saya bisa berangkat sendiri. Saya memang sering merasa cepat lelah karena terkena penyakit gula darah dan jantung. Tentu saja, saya menyadari kekhawatiran istri saya, jika saya melakukan perjalanan sendirian.