Gibran Bukan Untuk Mega?
Wacana Gibran akan menjadi Cawapres Prabowo awalnya berasal dari relawan, tetapi bukan tidak mungkin pada saatnya nanti, akan semakin kencang suara yang mendukung Gibran sebagai Cawapres. Tentu saja Koalisi Indonesia Maju, yang dipimpin oleh Prabowo akan menunggu Gibran dapat menjadi Cawapres Prabowo. Bahkan pergantian nama KKIR dengan KIM oleh Prabowo diyakini dimaksudkan salah satunya adalah untuk menunggu Gibran maju sebagai Cawapres.
Tetapi memang tidak dapat dipungkiri, bahwa saat ini Gibran tidak mau memberikan respon khusus mengenai usulan dirinya untuk menjadi Cawapres Prabowo. Di samping memang ada istilah belum cukup umur, juga karena saat ini Gibran merupakan salah satu Walikota yang menjadi anggota PDIP. Kesetiaan Gibran dengan PDIP juga masih ditunjukkan, dengan misalnya, memasang plakat gambar Ganjar bersama JokoWi.
Saat berita mengenai pemasangan plakat itu muncul, Gibran memberikan informasi bahwa sebagai kader PDIP, bahwa dia hanya menjalankan tugas partai. Ada instruksi PDIP, bahwa kader-kader PDIP di daerah diminta untuk mendukung Ganjar sebagai Capres, salah satunya bisa jadi pemasangan plakat tersebut. Gibran sebagai kader PDIP tentu saja, perlu mengikuti perintah partai.
Bahkan Puan sebagai salah satu petinggi PDIP, bisa jadi juga akan mendukung Gibran untuk dipasangkan menjadi Cawapres Ganjar, jika persyaratannya dimungkinkan. Itu berarti peluang Gibran menjadi Cawapres Ganjar juga terbuka. Padahal PDIP awalnya belum tentu mendukung permintaan PSI untuk mengubah batas usia Cawapres kepada MK. Namun Puan sebagai putri Mega, yang digadang-gadang sebagai penerus Mega untuk memimpin PDIP di masa mendatang, bahkan membuka peluang bagi Gibran untuk menjadi Cawapres Ganjar.
Bukan hanya itu, Puan juga berusaha keras untuk menjaga keharmonisan PDIP dengan Pemerintah Presiden JokoWi. Saat Golkar dan PAN mendukung Prabowo sebagai Capres, sehingga dukungan partai-partai besar di parlemen itu, menjadikan koalisi pendukung Capres Prabowo menjadi Koalisi Gemuk Damarwulan Prabowo, mulai muncul serangan kepada program pemerintah yang dilaksanakan Prabowo.Â
Hal tersebut kalau berkelanjutan dikhawatirkan akan menggangu keharmonisan hubungan antara PDIP dengan Pemerintah. Puan mencoba menepis ketidakharmonisan hubungan PDIP dengan Pemerintah yang bisa jadi akan muncul, dengan menyatakan ketidaksetujuannya terhadap kritikan yang ditujukan kepada Prabowo. Â
Memang tidak dapat dipungkiri, bahwa terbentuknya Koalisi Gemuk Damarwulan Prabowo setelah bergabungnya Golkar dan PAN serta PBB, bahkan PSI, seolah menyiratkan bahwa koalisi PDIP pendukung Ganjar sebagai Capres, menjadi Koalisi Kurus. Hal itu bahkan secara tidak langsung mendapat respon serius dari PDIP, mengingat memang Koalisi Gemuk Damarwulan Prabowo menjelma menjadi koalisi yang besar dan semakin kuat. Tetapi PDIP beranggapan bahwa situasi dan kondisi Ganjar sebagai Capres PDIP dengan koalisi kurus tersebut pernah dialami PDIP saat mencalonkan JokoWi sebagai Capres pada Pilpres 2014.
Dus PDIP pun, yang awalnya sempat beranggapan dikeroyok oleh partai-partai besar yang mendukung Koalisi Gemuk Damarwulan Prabowo, lalu berusaha mendapat simpati publik, karena bisa jadi seolah PDIP merupakan partai yang ditinggalkan teman-teman partai di Kabinet Indonesia Maju. Tetapi nuansa ketidakharmonisan PDIP dengan Pemerintah bahkan bisa jadi JokoWi dan Megawati seolah ingin ditutup. Pernyatan Megawati begitu sayang kepada JokoWi karena JokoWi merupakan kader terbaik partai dan tentu saja Megawati juga sayang kepada Gibran, semakin nyaring ditiupkan oleh petinggi PDIP.
Tetapi apakah akan terbuka peluang bagi Gibran juga untuk menjadi Cawapres Ganjar? Tentu saja itu menjadi hal yang berbeda.
Bahwa suara-suara yang muncul di kaoanjaj tentang Gibran yang digaungkan menjadi Cawapres Prabowo dengan Koalisi Gemuk Damarwulan Prabowo, pasti juga sudah masuk ke radar PDIP. Bahwa Koalisi Gemuk Damarwulan Prabowo seolah-olah ingin menyiratkan sebagai kelanjutan Kabinet Indonesia Maju dengan mengganti nama koalisi dari KKIR saat Gerindra baru berkoalisi dengan PKB, menjadi KIM setelah bergabungnya partai partai besar di Kabinet Indonesia Maju, Golkar dan PAN, pasti juga dapat dianggap merupakan pukulan telak bagi PDIP.Â
Hal tersebut bisa jadi PDIP seperti ditinggal oleh kawan-kawan koalisi di Kabinet Indonesia Maju. Apakah partai-partai di Kabinet Indonesia Maju tidak lagi menganggap PDIP sebagai motor penggerak bagi Kabinet Indonesia Maju? Apakah PDIP bahkan bisa jadi bukan lagi dianggap sebagai partai Petahana? Apalagi sampai saat ini koalisi PDIP masih merupakan Koalisi Kurus.
Bagaimana Gibran akan diberikan kepada PDIP?
Tetapi apakah memang Gibran bukan untuk Mega? Banyak faktor yang masih tersembunyi untuk membuat kesimpulan dini mengenai hal itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H