"Ananda Segitiga Kekuasaan Langit Jagad Raya ini sudah menunggu untuk bergabung dengan Segitiga Kekuatan Bumi yang ada pada diri Prabu Duryudana." lanjut Sengkuni.
"Segitiga Kekuatan Bumi ? Apa pula itu, paman Sengkuni ?" tanya Duryudana.
"Kalau dua Segitiga Langit dan Bumi, ini bergabung, maka Ananda Prabu Duryudana akan menjadi makhluk yang tidak terkalahkan di muka bumi." seru Sengkuni.
"Pertama adalah nafsu Aluamah, Ananda Prabu. Nafsu yang Ananda Prabu Duryudana miliki, untuk mendapatkan segala sesuatu yang dapat memuaskan dahaga fisik, rasa lapar, rasa memiliki harta, tanah, seluruh wilayah kerajaan Astina dan Kerajaan Indraprasta milik Pandawa.
Kedua adalah nafsu Amarah Ananda Prabu Duryudana, karena Ananda Prabu sebagai anak Sulung dari 100 orang bersaudara, yang berlindung kepada Ananda Prabu, akan terganggu dengan adanya Pandawa yang hanya 5 orang. Kekuatan dan kebesaran tubuh Ananda Prabu Duryudana, seperti diremehkan oleh Pandawa.
Ketiga adalah nafsu Sufiah. Nafsu Sufiah yang mendorong Ananda Prabu Duryudana menjadi Raja Gung Binatara, Pemimpin Termasyhur di seluruh pelosok negeri, akan tercemar dengan memenuhi permintaan Pandawa seluruh Kerajaan Astina yang sudah diberikan, karena kalah main dadu, apalagi separuh belah semangka Kerajaan Astina." jelas Sengkuni.
Mendengar alasan Sengkuni itu, Prabu Duryudana menjadi yakin akan menang perang dengan Pandawa.
"Mari kita jumpai Prabu Kresna Utusan Terakhir Pandawa itu di ruang Sidang Paripurna, paman Sengkuni." kata Duryudana.
Sengkuni pun mengantar Duryudana, agak jauh di belakang. Sengkuni berjalan pelan sambil bersiul.