Namun sebaliknya, orang orang yang cenderung berusaha untuk memperbaiki diri, dari lift 5 menuju lift 6 bahkan berasa setiap langkah dan perbuatannya dilihat Allah, maka orang tersebut sudah dapat dikatakan sampai pada tataran pertama Ikhsan. Orang orang Islam Surplus.Â
Mungkin pernah ada yang mendengar cerita tentang seorang peminta-minta di lampu merah, yang mengejar mobil pemberi uang. Hal itu karena si peminta-minta hanya menargetkan menerima pemberian dari orang-orang bermobil paling tinggi 10.000 rupiah.Â
Begitu si empunya mobil, memberi uang 50.000 rupiah, si peminta-minta berlari ingin mengembalikan uangnya. Kalau memang cerita ini benar, maka ini juga dapat menjadi gambaran Islam Surplus. Â
Begitu juga cerita dari Jogja, tentang seorang ibu buta yang berjualan. Si Ibu tidak pernah tahu, uang-uang yang dia terima. Terkadang ada juga orang membeli karena kasihan, sehingga memberi uang lebih. Namun si Ibu yang minta tolong kepada anak angkatnya, selalu minta dihitung uang dagangannya sampai 50.000 rupiah.Â
Begitu keponakannya, sudah cukup menghitung sampai 50.000 rupiah, Ibu tadi mengatakan cukup. Walau pun anak angkatnya kadang mengatakan uang hasil dagangan hari itu mencapai 300.000 rupiah, karena bantuan orang-orang yang membayar lebih, Ibu tadi mengatakan kepada anak angkatnya, untuk memberikan kelebihan uangnya itu ke masjid.Â
Bagiku, cukup 50.000 rupiah sehari, kalau ada uang lebih, kembalikanlah uang itu kepada Yang Maha Pemberi. Karena Yang Maha Pemberi mempunyai rumah di bumi, yaitu masjid, serahkan uang lebih itu ke masjid. Sungguh Ibu tadi juga pengemis itu boleh dikatakan sudah menjadi Islam Surplus. Â
Saat umat Islam begitu kecewa dan merasa mengalami ketidak adilan, karena sering mendapat stigma negatif sebagai radikal, intoleran, bahkan teroris, umat Islam kemungkinan menunjukkan aksi damai. Aksi damai umat Islam 212 di Monas, yang fenomenal itu, juga muncul karena Islam Surplus.Â
Tidak peduli domisilinya, banyak orang-orang Islam berkumpul di Jakarta, untuk bersatu. Orang Islam yang dulu dianggap Islam Abangan pun tidak malu-malu dan bersemangat dalam ghirah Islam, bersama dengan umait Islam lainnya, melakukan aksi damai umat Islam 212. Islam Abangan dan Santri pun mengerucut menjadi Islam Surplus. Â
Namun satu hal yang mungkin saja secara signifikan berperan terhadap munculnya dinamika Islam Surplus adalah Anies, yang sering disebut Gubernur Indonesia itu.Â
Peran Anies, bukan saja signifikan tetapi juga dapat dikatakan sebagai faktor determinan, keberhasilan aksi damai umat Islam 212 di Monas. Hal itu karena, pada Gubernur DKI Jakarta sebelum-sebelumya, Monas dilarang untuk digunakan sebagai area berkumpulnya banyak orang, apalagi untuk menunjukkan aspirasi politik.Â
Dengan demikian, ijin yang diberikan Anies, untuk menggunakan Monas sebagai kawasan yang boleh untuk melakukan aspirasi politik, menjadi momentum umat Islam untuk melakukan aksi damai di Monas.Â