Mohon tunggu...
MJK Riau
MJK Riau Mohon Tunggu... Administrasi - Pangsiunan

Lahir di Jogja, Merantau di Riau

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Anies "Gubernur Indonesia" Itu Membuat Bandul Bergerak dari Islam Defisit ke Islam Surplus?

8 September 2019   07:41 Diperbarui: 8 September 2019   07:50 963
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
doc.pri diolah dari Riau Terkini

Kalau anda melihat foto mobil karena kecelakaan, maka hal itu mirip  seperti yang pernah terjadi pada siapa saja. Kondisi mobil dalam keadaan rusak parah dan tidak dapat lagi dikendarai. Mobil hanya dapat dipindahkan dengan cara diderek. 

Bagaimana dengan kondisi pengemudi ? Bisa saja selamat atau bisa juga luka-luka bahkan mungkin saja harus meninggalkan dunia dan tentu saja tidak akan kembali lagi. Situasi musibah besar dan berat seperti itu, boleh dikatakan terjadi pada orang orang yang dapat dikategorikan Islam Defisit. 

Apakah itu Islam Defisit ?

Ini kondisi dengan posisi lift 561, Islam Iman Ikhsan yang dapat saling berganti tempat atau menatap. Angka 5 simbol dari Islam dalam hubungannya dengan Rukun Islam. Angka 6 simbol dari Iman dengan hubungannya dengan Rukun Iman. 

Angka 1 simbol dari Ikhsan.  Seseorang bisa dengan mudah pada lift 5, dan disebut islam. Baik Islam karena keturunan atau baru masuk Islam yang sering disebut Muallaf. 

Orang Islam dapat disebut beriman, setelah masuk Islam kemudian belajar untuk mendalami Islam serta mencoba mengamalkan Islam berdasarkan Iman yang enam. 

Namun dapat saja, pada saat mendalami Iman yang 6, di lift 6, belum seluruhnya dapat diyakini, sehingga tergelincir lagi, pada lift 5. Banyak orang Islam yang terkena kasus hukum, baik itu pejabat atau rakyat biasa, atau bahkan mungkin saja kasus lain. 

Hal itu menyebabkan posisi di lift 6 kembali turun di posisi lift 5, tetapi mereka tetap Islam. Secara sederhana begitulah, gambaran tentang Islam Defisit. 

Namun bisa juga sekelompok orang yang sudah mampu melewati lift 6 akan menuju lift 1, juga tergelincir, karena mungkin ria, ujub atau bahkan takabur. Boleh dikatakan hal tersebut, orang orang yang berada di lift 1, kembali tergelincir, karena merasa lupa, kalau dirinya dilihat Allah, atau bahkan melupakan diri terhadap Allah, karena kesenangan dunia yang hendak diraih. 

Merasa benar sendiri, merasa lebih tahu, lebih pandai, merasa lebih baik dari yang lain, merupakan penyakit hati orang orang yang berada di lift 1, sehingga tergelincir merosot pada lift 6, bahkan mungkin saja pada lift 5. 

Orang orang yang terkena musibah namun tidak minta ampun, apalagi bersyukur, bahkan kemudian cenderung condong menuju kufur, juga dapat dianggap sebagai Islam Defisit. 

Namun sebaliknya, orang orang yang cenderung berusaha untuk memperbaiki diri, dari lift 5 menuju lift 6 bahkan berasa setiap langkah dan perbuatannya dilihat Allah, maka orang tersebut sudah dapat dikatakan sampai pada tataran pertama Ikhsan. Orang orang Islam Surplus. 

Mungkin pernah ada yang mendengar cerita tentang seorang peminta-minta di lampu merah, yang mengejar mobil pemberi uang. Hal itu karena si peminta-minta hanya menargetkan menerima pemberian dari orang-orang bermobil paling tinggi 10.000 rupiah. 

Begitu si empunya mobil, memberi uang 50.000 rupiah, si peminta-minta berlari ingin mengembalikan uangnya. Kalau memang cerita ini benar, maka ini juga dapat menjadi gambaran Islam Surplus.  

Begitu juga cerita dari Jogja, tentang seorang ibu buta yang berjualan. Si Ibu tidak pernah tahu, uang-uang yang dia terima. Terkadang ada juga orang membeli karena kasihan, sehingga memberi uang lebih. Namun si Ibu yang minta tolong kepada anak angkatnya, selalu minta dihitung uang dagangannya sampai 50.000 rupiah. 

Begitu keponakannya, sudah cukup menghitung sampai 50.000 rupiah, Ibu tadi mengatakan cukup. Walau pun anak angkatnya kadang mengatakan uang hasil dagangan hari itu mencapai 300.000 rupiah, karena bantuan orang-orang yang membayar lebih, Ibu tadi mengatakan kepada anak angkatnya, untuk memberikan kelebihan uangnya itu ke masjid. 

Bagiku, cukup 50.000 rupiah sehari, kalau ada uang lebih, kembalikanlah uang itu kepada Yang Maha Pemberi. Karena Yang Maha Pemberi mempunyai rumah di bumi, yaitu masjid, serahkan uang lebih itu ke masjid. Sungguh Ibu tadi juga pengemis itu boleh dikatakan sudah menjadi Islam Surplus.  

Saat umat Islam begitu kecewa dan merasa mengalami ketidak adilan, karena sering mendapat stigma negatif sebagai radikal, intoleran, bahkan teroris, umat Islam kemungkinan menunjukkan aksi damai. Aksi damai umat Islam 212 di Monas, yang fenomenal itu, juga muncul karena Islam Surplus. 

Tidak peduli domisilinya, banyak orang-orang Islam berkumpul di Jakarta, untuk bersatu. Orang Islam yang dulu dianggap Islam Abangan pun tidak malu-malu dan bersemangat dalam ghirah Islam, bersama dengan umait Islam lainnya, melakukan aksi damai umat Islam 212. Islam Abangan dan Santri pun mengerucut menjadi Islam Surplus.  

Namun satu hal yang mungkin saja secara signifikan berperan terhadap munculnya dinamika Islam Surplus adalah Anies, yang sering disebut Gubernur Indonesia itu. 

Peran Anies, bukan saja signifikan tetapi juga dapat dikatakan sebagai faktor determinan, keberhasilan aksi damai umat Islam 212 di Monas. Hal itu karena, pada Gubernur DKI Jakarta sebelum-sebelumya, Monas dilarang untuk digunakan sebagai area berkumpulnya banyak orang, apalagi untuk menunjukkan aspirasi politik. 

Dengan demikian, ijin yang diberikan Anies, untuk menggunakan Monas sebagai kawasan yang boleh untuk melakukan aspirasi politik, menjadi momentum umat Islam untuk melakukan aksi damai di Monas. 

Mengapa aksi damai umat Islam dapat dikatakan sebagai dinamika Islam Surplus ?

Hal itu dapat dilihat bahwa pada saat jutaan umat Islam berkumpul di Monas, yang dilakukan adalah aksi damai. Tidak ada kerusuhan yang terjadijadi di Monas, pada saat aksi damai umat Islam 212. Bahkan sampah pun mereka secara gotong royong membersihkan. 

Tangis air mata antar sesama umat Islam yang bertemu di Monas, jangan ditanya. Air mata bahagia, karena telah bersatu dalam usaha membela agama Allah. Para peserta aksi damai umat Islam mungkin saja merasa bahwa tindakan dan aksi mereka telah dilihat Allah. 

Tidak dapat dipungkiri, mungkin saja di antara mereka masih banyak yang merupakan golongan Islam Defisit. Namun mereka merasa, dengan ikut aksi damai umat Islam 212 di Monas,  dapat mencari jalan untuk menuju Islam Surplus. 

Di sinilah peran startegis Anies, Gubernur Indonesia itu muncul. Fasilitasi terhadap aksi damai umat Islam 212 di Monas, menjadi momentum emas Anies, bukan saja sebagai Gubernur Indonesia tetapi juga boleh dikatakan sebagai Gubernur Islam Surplus.

Selain itu Anies, sebagai Gubernur Samawa, juga baru saja memberikan kunci kepada para penghuni Rumah DP Nol. Banyak mata berkaca-kaca melihat Anies sebagai Gubernur Samawa, memenuhi janji janji politiknya. 

Mimpi para suami istri untuk memiliki rumah sendiri tanpa uang muka, itu pun menjadi kenyataan dengan Program Samawa. Tidak peduli apakah para peserta tersebut kelompok Islam Defisit atau Islam Surplus, yang penting memenuhi syarat sebagai peserta Program Samawa. 

Resmikan Rumah DP Nol. Anies dianggap bereskan ketimpangan. Kembali sebagai Gubernur Samawa, Anies mendorong momentum emas sebagai Gubernur Islam Surplus.

sumber: okezone.com
sumber: okezone.com
Anies bagai tak kenal henti. Anies terus menerus secara berkesinambungan membuat momentum momentum emas. Bukan hanya Rumah DP Nol, Anies juga membagikan kartu penyandang disabilitas bagi warga Jakarta. 

Kartu  Penyandang Disabilitas Jakarta (KPDJ) diharapkan Anies dapat membantu kebutuhan kaum penyandang disabilitas di Jakarta bekerjasama dengan Bank DKI.  Dengan membagikan KPDJ memantapkan Anies sebagai Gubernur Islam Surplus.

sumber: detik.com
sumber: detik.com
Tidak cukup itu, langkah langkah Anies untuk membantu kesulitan yang dihadapi warga, begitu dinamis. Adanya berita kenaikan iuran BPJS, langsung direspon Anies dengan akan menyiapkan dana talangan tunggakan. 

Bagi Anies semua warganya, tanpa kecuali, tentu tanpa  membedakan Islam Defisit mau pun Islam Surplus, akan mendapat bantuan dana talangan tunggakan BPJS yang mungkin menjadi beban warga.

sumber: detik.com
sumber: detik.com
Bukan Anies, kalau tidak menjadi berita. Anies sebagai Gubernur Islam Surplus, untuk pertama kali, Anies juga merayakan Tahun Baru Islam, dengan mengadakan Jakarta Muharram festival. Pasha Ungu, Wakil Walikota Palu, bahkan sempat menyatakan "rahasia" Anies di Palu. 

Menurut Pasha, Anies merupakan Gubernur yang pertama kali memberikan bantuan ke Palu, pada saat Palu terkena musibah gempa dan tsunami.

sumber: cnnindonesia.com
sumber: cnnindonesia.com
Tak pelak lagi, sebagai Gubernur Islam Surplus, Anies telah mampu mendorong bandul bergerak dari Islam Defisit ke Islam Surplus. Apakah momentum momentum emas itu akan berlanjut ? Insya Allah berkah Aamiin.

sumber:.cnnindonesia.com
sumber:.cnnindonesia.com
sumber foto mobil

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun