Apa Jadinya Kalau JokoWi Kalah ?
Jaga NKRI, Pancasila dan Keberagaman, begitu pesan Sultan Jogja kepada Prabowo. Ada rahasia apa dibalik pesan Sultan Jogja ? Apakah JokoWi diprediksi akan kalah ? Apakah kalau JokoWi kalah ada masalah besar untuk NKRI, Pancasila dan Keberagaman ?
Prabowo itu siapa, sehingga Sultan Jogja, memberi pesan yang dianggap orang sebagai sindiran kepada Prabowo. Prabowo bukan siapa-siapa. Prabowo tidak sedang memegang kekuasaan, yang mampu melaksanakan pesan-pesan Sultan Jogja.Â
Prabowo selama masa pemerintahan JokoWi bahkan boleh dikatakan menjauh dari isu perbedaan dengan JokoWi sebagai Presiden Ri, yang pada Pilpres 2014, merupakan rival politik Prabowo. So Prabowo boleh dikatakan tidak mempunyai pegangan untuk melaksanakan pesan-pesan Sultan Jogja, kecuali Prabowo itu menjadi Presiden RI.
Namun jika pesan-pesan Sultan Jogja itu, untuk Prabowo sebagai Presiden RI, maka dapat diprediksi JokoWi akan kalah. Apakah kalau JokoWi kalah, maka NKRI perlu dijaga, Pancasila perlu dijaga, Keberagaman perlu dijaga ? Apakah ada ancaman besar bagi bangsa ini, jika JokoWi kalah ?
Pilpres ini, pesta demokrasi yang sudah disepakati bersama. Pada Pilpres, rakyat berdaulat dalam mengambil keputusan, siapa yang akan dipilih menjadi Presiden. Apalagi kalau sistem pengajuan Cawapres sudah melalui PT, yang telah diundangkan pada pemerintahan JokoWi.Â
JokoWi bahkan sudah didukung partai-partai besar, yang dalam PT sudah melebihi 60 % suara di DPR. Â JokoWi merupakan salah satu Presiden RI, yang akan dapat membuat kebijakan tanpa perlawanan berarti di DPR. Â
Jadi Pilpres sebagai ajang pesta demokrasi, mestinya tidak memberi peluang untuk munculnya ancaman-ancaman serius bagi bangsa, jika salah satu Capresnya kalah. Tentu saja termasuk, jika Capresnya merupakan Petahana.
Namun bagaimana Sultan Jogja. seolah dapat memprediksi jika JokoWi kalah, sementara banyak survey yang masih mengunggulkan Jokowi menang ?
Sultan Jogja tentu tidak akan sembarangan memberi pesan serius. Pesan pesan Jaga NKRI, Pancasila dan Keberagaman kepada Prabowo, mensiratkan bahwa Sultan Jogja bukan menyindir Prabowo, melainkan memberi amanah kepada Presiden.Â
Memang banyak survey yang masih mengunggulkan JokoWi menang. Namun survey Litbang Kompas merupakan survey yang sangat rasional, karena mampu menunjukkan trend dari survey yang satu ke survey yang lain.Â
Ada tren menurun pada elektabilitas JokoWi, sementara ada trend menanjak untuk elektabilitas Prabowo. Â
Masih ditambah lagi ditengarai telah terjadi migrasi politik dari para pendukung JokoWi. Munculnya tagar-tagar idghom bi gunnah, boleh jadi juga menjadi salah satu pertimbangan Sultan Jogja.Â
Tagar-tagar yang bagai idghom bi gunnah itu, justru seolah memunculkan fenomena, hilangnya "Aji Lembu Sekilan" JokoWi. Tagar idghom bi gunnah itu berdengung silih berganti seolah membuat JokoWi menjadi tidak lagi merupakan sosok "the Untouchable". Â
Belum lagi adanya kecenderungan membesarnya "golput" yang bahkan seolah mendapat stigma negatif. Fenomena migrasi politik dapat saja terjadi pindahnya pilihan politik dari pendukung Jokowi ke Prabowo, tetapi juga dapat saja terjadinya membengkaknya pemilih "golput". Namun jelas bahwa "golput" akan sangat merugikan bagi JokoWi.Â
Namun apakah yang harus dikhawatirkan, jika JokoWi kalah ?Â
Jawabannya adalah tidak ada.Â
Mungkin saja akan terjadi ketegangan ketegangan di sana sini, karena keterkejutan politik. Namun justru hal itu harus menjadi tantangan Polri mau pun TNI untuk menjaga stabilitas keamanan dan ketertiban masyarakat serta menjaga NKRI, Pancasila dan Keberagaman.Â
Seperti halnya setelah Ahok kalah pada Pilkada DKI, dan kini Anies memimpin DKI, DKI aman aman saja selama 2 tahun berjalan.Â
Begitu juga mestinya jika JoloWi kalah. Indonesia akan aman aman saja.Â
Toh Pilpres sebagai ajang pesta demokrasi ini, merupakan prestasi JoloWi yang tidak akan dilupakan orang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H