Aneh tapi nyata! Pesta demokrasi Pilpres ditandai dengan "perang kartu". Banyak kartu mulai dmunculkan untuk mengatasi persoalan yang terjadi di masyarakat. Kartu kartu yang dianggap dapat menjadi solusi ad hock untuk mengatasi masalah akut yang terjadi di masyarakat. Di sisi lain ada tawaran "Single Identity Number". Bagaimana melihat 'perang kartu" pada pesta demokrasi Pilpres kali ini dari sisi perkembangan tehnologi yang berkembang ?
Industri 4.0 merupakan suatu tantangan besar bagi Indonesia ke depan. Namun untuk masuk ke industri 4.0 yang mau tidak mau tidak dapat dihindari karena "perang" memperebutkan pasar hasil hasil produksi akan semakin intensif dengan industri 4.0. Namun sebelum kita sampai pada industri 4.0, ada beberapa tahapan industri yang mungkin dapat memberikan gambaran perkembangan industri tersebut.
Empat tahapan revolusi industri yang dikutip dari viva.co.id adalah sebagai berikut:
Tahapan pertama revolusi industri di akhir abad 18.
Pada tahapan ini didahului dengan ditemukannya mesin uap yang efisien oleh James Watt.  Alat produksi yang tadinya menggunakan tenaga manusia, pada mesin tenun tradisional, misalnya, dan hewan, penggunaan sapi dan kerbau di lahan pertanian, digantikan dengan mesin yang dapat menghasilkan produksi yang lebih besar dan ongkso yang lebih. Revolusi industri ini tidak ayal lagi, membuat banyak pengangguran pada masanya
Tahapan ke dua revolusi industri pada awal abad 20.
Pada tahapan ini di akhir tahun 1870, industri sudah mulai menggunakan pembagian kerja untuk membuat produksi masal.Â
Tahapan ke tiga  tahun 1970.
Pada tahapan industri 3.0 ini indusri sudah mulai dengan menggunakan elektronik dan teknologi informasi guna otomatisasi produksi. Produksi kartu kartu bahkan termasuk e-KTP merupakan gambaran sederhana dari tahapan industri 3.0.
Tahapan industri 4.0.
Industri 4.0 merupakan revolusi industri yang sulit dihindari. Industri mulai menyentuh dunia maya, hubungan antar manusia, mesin dan data. Munculnya Unicorn merupakan gambaran sederhana dari era industri 4.0. Namun satu hal yang pasti bahwa pada industri 4.0 kebutuhan "Big Data" menjadi suatu hal yang mutlak diperlukan.Â
Deputi Pengembangan Regional dari Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Rudi Supriyadi Prawiradinata dalam kegiatan musrenbang DIY, menyampaikan bahwa Amazon yang dimiliki orang terkaya saat ini, Jeff Bezos, untuk mempengaruhi konsumen dan ingin membeli apa, menggunakan "Big Data".Â
Namun belum lagi kita bersiap diri untuk masuk ke dalam industri 4.0, Jepang justru ingin mengembangkan Society 5.0. Dalam Pertemuan Tahunan Forum Ekonomi Dunia 2019 di Davos, Swiss, Â pada Rabu, 23 Januari lalu, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe menjelaskan visi baru Jepang, Society 5.0.
Jepang menyadari betapa tidak mudah memperrsiapkan diri menghadapi gelombang indutsri 4.0, sehingga mencoba akan mengelaborasi Soceity 5.0. "Di Society 5.0, itu bukan lagi modal, tetapi data yang menghubungkan dan menggerakkan segalanya, membantu mengisi kesenjangan antara yang kaya dan yang kurang beruntung. Layanan kedokteran dan pendidikan, dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi, akan mencapai desa-desa kecil di wilayah Sub-Sahara," ujar Abe, dikutip dari Tempo. Â Â
Dari gambaran sederhana tersebut maka ide Single Identity Number Sandi sudah sampai pada level Society 5.0.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H