Mou memang sempat menjuaari La Liga bersama Madrid. Hal ini membuat Mou bangga dengan sebutan "The Only One", karena Mou lah satu-satunya manajer yang mampu membawa 4 klub di liga domestik yang berbeda, menjadi juara.Â
Mou mampu membawa Porto Juara di Portugal, Chelsea di Liga Primer Inggris, Inter di Serie A dan tentu saja Madrid di La Liga. Namun yang paling membanggakan Mou tentu saja karena mampu mengatasi Pep. Karena info yang sempat berkembang Opa Fergie ingin Pep menangani MU, maka Mou tanpa ragu kembali menangani Chelsea, tentu dengan tujuan akan melakukan persaingan dengan Pep.
Namun Mou kecele, ketika ternyata Pep memilih Bayern sebagai klub yang akan ditangani pasca Pep libur. Walau pun begitu Mou langsung bersaing dengan Pep Guardiola, ketika pada musim itu Chelsea baru saja berhasil meraih Juara Liga Eropa dan pada saat yang sama Pep yang menangani Bayern merupakan Juara Liga Champions.Â
Persaingan Mou dan Pep pun terjadi di ajang Piala Super Eropa. Pertarungan yang sangat dramatis setelah Mou berhasil membawa Chelsea memimpin atas Bayern di babak pertama. Mou nampak begitu bangga melihat dapat menaklukan Pep pada awal Pep kembali ke dunia bola.Â
Namun ternyata Pep mampu memaksa laga harus diperpanjang karena Bayern mampu menyamakan kedudukan. Mata Pep Guardiola berbinar saat memasuki babak perpanjangan waktu, sedang Mou nampak murung. Laga Piala Super pun akhirnya dimenangkan Bayern. Persaingan Mou dan Pep berakhir. Mou beraksi di Liga Primer Inggris dan Pep bekreasi di Bundesliga.
Namun aroma persaingan Mou dan Pep kembali akan bergulir, ketika Pep menyatakan akan pindah ke City. Mou pun berleha-leha di Chelsea. Padahal Mou baru saja memenangkan Chelsea sebagai Juara Liga Primer Inggris. Raniery pada tahun itu secara mengejutkan berhasil membawa LC menjuarai Liga Primer Inggris. Pada sat itulah MU tertarik untuk merekrut Mou sebagai manajer MU. MU beranggapan bahwa hanya Mou sajalah yang akan mampu mengatasi Pep di City, si tetangga yang berisik.
Di luar dugaan Conte membuat Liga Primer Inggris sesak nafas. Pep tidak menyangka kalau Liga Primer Inggris sangat kompetitif. Aroma persaingan Mou dengan Pep kalah dengan performa Conte yang membahana ketika pada tahun pertama tiba-tiba Chelsea sulit ditandingi. Conte berhasil membawa Chelsea menjuarai Liga Primer Inggris. Pep bahkan dianggap bekerjasama dengan Mu untuk menyingkirkan Arsenal dari posisi Lima Besar, dengan bermain mata ketika laga City lawan MU.
MU begitu garang pada musim ke dua Mou. Namun persaingan Mou dengan Pep tertutup dengan sengitnya persaingan Mou dengan Conte. Conte memang akhirnya harus dipecat Chelsea, tidak sampai seperti Mou yang dipecat setelah masa kelam musim ke tiga Mou di Chelsea. Seperti halnya sewaktu di Madrid, Mou juga pernah mengalami masa kelam musim ke tiga. Namun yang sering menonjol adalah masa emas musim ke dua Mou.
 Masa emas musim ke dua Mou, itulah yang ditunggu MU pada musim lalu. Bahkan ketika Mou menginginkan Sanchez dari Arsenal pada jendela transfer musim dingin, MU mendukung dan mengambil Sanchez, yang pada awalnya ingin bergabung dengan Pep di City.Â
Mou secara diam diam memang tetap ingin melanjutkan persaingannya dengan Pep. Mou mampu menyakinkan Mu untuk membeli Sanchez. Mou pun memuji-muji MU karena MU mendukung penuh keinginan Mou. MU bahkan langsung menambah kontrak dengan Mou, yang didalamnya terdapat klausul fee besar yang harus dikeluarkan MU, jika ingin memutuskan kontrak dengan Mou di tengah jalan. MU lupa pada masa kelam musim ke tiga Mou. jadilah MU merana seperti saat ini. MU terjebak dalam persaingan Mou dengan Pep.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H