"Wanita di Jepang aman berpergian ke mana saja, berjalan kaki, naik sepeda, naik kereta, naik bus. Hampir tengah malam pun pulang ke apartemen tidak ada masalah, bagi wanita yang jika hidup di Jepang. Tidak akan ada yang berani menggangu wanita di Jepang." lanjut Syala.
"Itukah sebabnya Syala berani pulang di malam hari, walau dari luar negeri ?" tanya Setia.
"Tentu saja. Hidup di Jepang aman dari gangguan keamanan dan ketertiban terutama bagi wanita." seru Syala.
"Itukah yang membuat Syala masih sendiri saat ini....." kata Setia.
"Masya Allah. Besuk aku ada meeting di kantor. Aku tidak ingin terlambat bangun. Mari kita pulang, Setia." kata Syala.
Sejak itu Setia tidak pernah menanyakan lagi persoalan kesendirian Syala, walaupun sebetulnya Setia ingin tahu pasti mengenai status Syala. Setia hanya mendengar Syala bercerita tentang perjalanannya ke berbagai tempat di luar negeri. Setia bahkan dapat memandang wajah Syala sepuas-puasnya. Begitu kalau mereka ada waktu liburan bersama.
"Apa yang akan kau kerjakan kalau pulang ke tanah air, Setia ?" tanya Syala suatu hari.
" Setia akan buka kebun, usaha peternakan sapi dan masih banyak lagi. Uang saku di Jepang luar biasa besar dapat Setia gunakan untuk berbuat banyak di tanah air." jawab Setia.
"Ada apa Syala. Kau heran dengan jawabanku.
Aku tidak ingin seperti ayah. Ayah hanya tahu dunia kerja, lembur di kantor, tetapi begitu akan pensiun, tidak punya kawan. Ayah juga hanya punya pendapatan yang kecil. Ayah tidak punya kesibukan lain selain kerja di kantor, sehingga ayah juga tidak terbiasa mempunyai usaha sendiri untuk mendapat tambahan penghasilan.Â
Setia tidak ingin seperti Ayah." seru Setia.