Mohon tunggu...
MJK Riau
MJK Riau Mohon Tunggu... Administrasi - Pangsiunan

Lahir di Jogja, Merantau di Riau

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Janji Akbar

16 September 2018   05:57 Diperbarui: 17 September 2018   06:55 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: tempatwisatadaerah.blogspot.com

sebelumnya

Janji Akbar

"Mereka, rombongan Yani, memakai mobil apa pak Bamset ?" tanya Viola penasaran. 

"Kalau tidak salah, kemarin saya dapat info, mereka Tiga Dara itu Yani, Jebbing dan Sa Ri, memakai mobil Alphard." jawab pak Bamset sesepuh Salatiga itu.

"Kalau begitu, kita cari mobil Alphard itu, pak Bamset." seru Viola tidak sabar.

"Ok oc." jawab pak Bamset santai. Pak Bamset tahu kalau Viola sudah tidak sabar lagi untuk dapat bertemu Yani. 

"Nasib baik itu Jebbing. Udah mantan saja masih dapat Alphard." pak Bamset terlepas kata.

"Udah mantan saja masih dapat Alphard. Lalu kalau lanjut bisa dapat apa, pak Bamset ?" selidik Viola. Gara gara dengar Alphard, Viola lalu lupa Yani.

"Kuda." seru pak Bamset.

"Wah kalau di Parangtritis bisa naik kuda kita." seru Viola ingin mengingatkan kalau saat ini mereka sedang mencari arah jalan ke pantai Indrayanti. 

"Itu kuda wisata. Ini lebaran kuda." seru pak Bamset.

Cling!

Tiba-tiba notifikasi Line mbak Wahyu nimbrung. Ketika dilihat rupanya ada notifikasi Line Ratih Joachim Kun putri Mami Dinda yang masuk.

"Tante Wahyu posisi di mana ?" 

"Ini ...sedang mencari mobil Alphard ...  " ucap mBak Wahyu 'ngebel' Ratih. Bingung mBak Wahyu mau membalas pesan Ratih sampai di mana, karena tidak tahu arah. Tapi karena mBak Wahyu sempat mendengar pembicaraan Viola dengan pak Bamset tentang mobil Alphard. Jadi mBak Wahyu secara refleks menyebut mobil Alphard itu juga kepada Ratih.

Tante Wahyu sedang mencari mobil Alphard juga rupanya, pikir Ratih. Kebetulan sekali kalau begitu. Tentu akan lebih mudah mencari Tante Wahyu, kalau dapat menemukan mobil Alphard itu lagi. Ratih pun segera meminta kepada Mahesa untuk mencari mobil Alphard itu.

"Mahesa coba kejar mobil Alphard itu." seru Ratih.

"Tante Wahyu, rupanya juga sedang mencari mobil Alphard itu juga, Mami Dinda."  lirih Ratih berbisik, sambil memeluk Mami Dinda, seolah minta pengertian ibunya. Mami Dinda hanya tersenyum tipis, mendengar bisikan Ratih, namun Mami Dinda sempat melirik Pak Edy. Pak Edy rupanya tidak kalah sigap, mendengar pembicaraan itu. Badan Pak Edy sampai harus terkena dashboard mobil ketika ikut sibuk mencari mobil Alphard sambil mencoba menaikkan badannya. Melihat itu semua Ratih tersenyum, sambil merengkuh punggung Mami Dinda, ibunya.

Mahesa melihat mobil Alphard itu sudah di tempat parkir, tapi ketika didekati mobil itu sudah kosong.

"Bagaimana kalau kita ke pantai dulu saja. Sampai di sini, kalau ada rejeki Insya Allah dapat juga kita bertemu dengan rombongan Tante Wahyu." kata Mahesa, sambil mencari tempat untuk parkir mobil Mobilio Ratih. Rombongan Ratih pun turun dari mobil dan menuju pantai Indrayanti. Pelan Pak Edy pun mengikuti rombongan Ratih yang sibuk dengan Cecep dan Derna, serta Mami Dinda. Mahesa mencoba membawa mereka ke pantai. Pak Edy mengiringi mereka dari belakang sambil memperhatikan sekeliling sekalian mencari mBak Wahyu, Dede dan Viola.

Pantai Indrayanti begitu ramai. Orang sedang senang senang berwisata pantai yang airnya jernih. Begitu banyak orang bagaimana mau mencari mBak Wahyu dengan situasi di pantai yang seramai ini. Akhirnya Mahesa berhenti di dekat warung Indrayanti. Nama warung yang akhirnya digunakan sebagai nama pantai itu. Mahesa mengajak Ratih, Cecep dan Derna ke tepi pantai. Mami Dinda melihat mereka berjalan kemudian menatap Pak Edy.

"Tidak ingin berenang di pantai ?" tanya Mami Dinda kepada Pak Edy.

"Eng..gak di sini saja." jawab Pak Edy gelagapan.

"Wahyu dulu sudah pernah kuberitahu. Tapi Wahyu tidak mau mendengar kata-kata orang tua. Wahyu rupanya lebih suka mendengar nasehat Pak Edy. Ya. Pak Edy kan namanya. Ratih kemarin bilang, nama bapak, Pak Edy." seru Mami Dinda.

"Maksud Bundanya Ratih ?" tanya Pak Edy bingung.

"Ya. Saya sudah pernah ingatkan Wahyu. Kalau mau melihat Viola kembali ke jalan yang lurus, Wahyu harus sering mendoakan Viola. Sebagai ibu kandung Viola, Wahyu bukan saja yang paling mampu untuk mendoakan Viola, tetapi juga memang sudah menjadi kewajiban Wahyu untuk mendoakan Viola anaknya, seperti juga saya, waktu mendoakan Ratih. Hanya saja tidak seperti Wahyu yang sempat umroh, saya mendoakan Ratih terus menerus. Menjadi tanggung jawab saya, supaya Ratih dapat kembali mengikuti jalan yang diridhloi Illahi." jelas Mami Dinda.

"Mbak Wahyu, Viola dan Ratih, maksud Bundanya Ratih." tanya Pak Edy semakin bingung.

"Ya. Kata Ratih, Wahyu memutuskan berangkat umroh untuk mendoakan Viola karena mendengar kata kata Pak Edy. Lalu begitu Wahyu pulang dari umroh. Tiba-tiba Viola resign dari pekerjaan dan memilih membuka usaha sendiri di rumah." seru Mami Dinda.

"Alhamdulillah. Mungkin memang jalan yang harus ditempuh mBak Wahyu dan Viola harus begitu." kata Pak Edy.

"Kalau mengenai Ratih, Bundanya Ratih ?" tanya Pak Edy.

"Bundanya Ratih... Bundanya Ratih ... Panggil saja saya ..."  sergah Mami Dinda.

"Mami Dinda." seru Ratih yang tiba-tiba sudah bersama mereka, bersama Mahesa, Cecep dan Derna. Pak Edy pun terkejut jadinya. 

Kriiiing.

Tiba-tiba hp Pak Edy berdering. Rupanya Dede menghubungi Pak Edy. Tanpa pikir panjang Pak Edy langsung pencet tombol.

"Assalamu'alaikum Pak Edy." terdengar sapa Dede di sana.

"Walaikum salam Dede. Posisi Dede sekarang di mana ?" seru Pak Edy cepat. Pikir Pak Edy, kalau ada Dede pasti rombongan mBak Wahyu bersama Dede. 

"Pak Edy sedang dengan siapa, pak ? Kok ramai sekali rombongannya ?" terdengar suara Dede.

"Dede, kamu di mana ?" tanya Pak Edy semakin penasaran.

"Di sini, pak." seru Dede sambil mengulurkan tangannya mengajak Pak Edy bersalam. Rupanya Dede bersama rombongan mBak Wahyu sudah berada di dekat Pak Edy. Nampak oleh Pak Edy, mBak Wahyu segera memeluk Mami Dinda. Viola salaman dengan Ratih dan memeluk Cecep dan Derna. Bahkan ada pula rombongan Tiga Dara di sana. Tapi yang membuat Pak Edy terkejut, kok ada juga Pak Raden Arya di sana.

Pak Raden Arya mempunyai usaha Pengembangan Pribadi dan sedang melakukan diversifikasi usaha ke biro umroh. Pak Raden Arya merupakan salah satu rekanan kenalan Pak Edy dan Dede di kantor. Pak Raden Aryalah, orang yang membantu memberangkatkan mBak Wahyu pergi umroh ke tanah suci, melalui Biro Umroh, Janji Akbar. 

Ramai sekali jadinya pertemuan di pantai Indrayanti ini.

"Wah. Ada bos Janji Akbar pula di sini. Apa kabar Pak Raden Arya ?" seru Pak Edy.

"Alhamdulillah, baik Pak Edy. Tapi maaf, saya tidak bisa berlama-lama bersama di sini. Ada urusan penting di Jogja yang harus saya ikuti. Tolong nanti, semuanya saya tunggu di rumah makan Iwak Kalen arah jalan Godean km 9,5. Ada pembicaraan penting untuk mBak Wahyu dan Pak Edy dengan Janji Akbar." seru Pak Raden Arya.

"Wah ada apa ini, kok seperti kejatuhan bintang dari langit ?" kata Pak Edy senyum bingung.

"Bukan Bintang Pak Edy, tapi Kuda. Lebaran Kuda." seru Viola.

Pak Edy melihat Viola lari dikejar salah satu dari Tiga Dara, kalau tidak salah yang dipanggil Jebbing.          

lanjut ke

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun