Mohon tunggu...
MJK Riau
MJK Riau Mohon Tunggu... Administrasi - Pangsiunan

Lahir di Jogja, Merantau di Riau

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Impian Bersin Berkah

15 September 2018   05:52 Diperbarui: 16 September 2018   06:03 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sebelumnya

Impian Bersin Berkah

Aku tahu ini perasaan yang mengada-ada. Bagaimana itu dapat muncul begitu tiba-tiba. Sungguh itu sangat mengganggu pikiran. Mengusik hati dan jiwaku. Tak dapatkah kulepaskan beban ini. Membiarkannya berlalu seperti yang lain-lainnya dulu. Tak pernah melihat wajahmu. Tak pernah terbayang senyummu. Namun senyummu sungguh membuat hatiku pilu. Bagaimana bisa aku merasa, senyummu itu untukku ? Sementara kita baru sebatas hanya bertatap muka tanpa kata. Tanpa saling sapa. 

Astaghfirullah.

Ya. Allah mohon ampun. Ternyata hambamu ini makhluk yang lemah. Masih mudah tertawan oleh sebuah pandang sorga dunia. Hati yang belum pulih dari nestapa. Rapuh karena ditinggal friendzone, luka. Masih menganga luka dalam dada, perih rasa tak terkira. Haruskah tergores lagi oleh pelangi yang turun bersamaan kabut pagi.

Oh Tuhan tunjukkanlah.

Jalan mendaki untuk menjemput jelita dewi. Dewi yang melempar selendang sunyi. Tabur doa merentang jala.Jerat jerat asmara membuai dada. Menggoncang isi jiwa. Merasuk sukma meluluhlantakkan tubuh hingga mabuk terpana. Luka masih menganga, namun ada rasa ingin menggapai asa. Tiada tempat bergantung selain kepadaNya, tempat bersandar diri untuk meraih asa. Allah Yang Maha Rahman. Allah Yang Maha Rahim. Allah tempat mohon ampun dan sandaran mohon pertolongan. Sadar diri makhluk illahi, berharap suci tumbuhkan jiwa jiwa ntuk bersemi.

"Ini sudah sampai Wonosari, Mahesa. Perhatikan arah mobil Alphard itu. Apakah mereka menuju arah pantai Indrayanti atau tidak ?. Kalau bisa kita ikuti arah mobil Alphard itu saja." tanya Pak Edy kepada Mahesa, setelah tergagap sadar dari lamunannya. Lamunan yang menjadi impian bersin berkah.

"Rombongan mBak Wahyu juga akan menemui mereka. Jadi akan lebih baik kalau kita bisa bersama mereka. Dengan demikikan di pantai Indrayanti, kita tidak perlu saling mencari romobongan mBak Wahyu. Bukan begitu, Mahesa ?" lanjut Pak Edy kepada Mahesa.   

Namun karena Mahesa diam saja, Pak Edy segera maklum kalau Mahesa sedang terpecah perhatiannya antara ingin meminta persetujuan Ratih Joachim Kun dan berusaha mencari petunjuk jalan menuju pantai Indrayanti serta mengikuti arah mobil Alphard rombongan Tiga Dara, yang dalam pembicaraannya ada yang disebut Yani, Jebbing dan Sa Ri. Tentu Mahesa akan lebih mengikuti permintaan Ratih dari pada mendengar usulnya, pikir Pak Edy. Menyadari hal itu, Pak Edy tanpa basa basi, lalu menyapa Ratih, sebagai tanda  untuk mendapat dukungan Ratih:

"Bukan begitu Ratih ?"

"Betul, Pak Edy. Bukan begitu Mami Dinda ?" jawab Rati sambil memegang erat Mami Dinda. Tidak lupa ratih pun melempar senyum kecil kepada Mami Dinda.  Melihat hal itu Pak Edy menjadi tersipu malu. Pak Edy merasa bahwa Ratih sudah mulai memperhatikan ada sesuatu yang terjadi antara Pak Edy dan Mami Dinda ibu kandung Ratih. Sementara di bagian belakang Mobilio, terlihat Cecep dan Derna lagi asik mengantuk.

Untuk sekilas pandangan mata Pak Edy melirik Mami Dinda, sekedar ingin tahu, bagaimana respon Mami Dinda dengan rencananya mengikuti mobil Alphard Tiga Dara itu. Sejak ada respon Mami Dinda pada saat Pak Edy bersin. Pak Edy merasa yakin, jika Mami Dinda sudah mulai ada perhatian kepada dirinya. Apakah itu akan menjadi awal hubungan di antara mereka berdua. Bersin berkah. Insya Allah. Aamiin.

Alhamdulillah bersin berkah. Bersin yang membawa berkah, sehingga Pak edy kemudian tahu bahwa ternyata Mami Dinda juga mempunyai perhatian kepada Pak Edy. Padahal selama dalam perjalanan, bahkan sejak bertemu, Pak Edy belum pernah berbincang dengan Mami Dinda. Pak Edy merasa tidak mempunyai keberanian untuk memulai pembicaraan. Pak Edy bahkan sudah merasa bahagia dapat melakukan perjalanan dalam satu mobil dengan Mami Dinda. 

Namun setelah kejadian bersin berkah itu, Pak Edy mulai memberanikan diri mencuri pandang untuk sekedar ingin melihat wajah Mami Dinda. Betul betul bersin membawa berkah, mungkin itu sebagai tanda jalan yang harus ditempuh untuk dapat lebih melakukan komunikasi dengan Mami dinda. Padahal waktu Pak Edy bersin selain karena Pak Edy masuk angin, juga karena terkejut mendengar pembicaraan Tiga Dara yang katanya mempunyai hubungan dengan mBak Wahyu. Bahkan mereka hendak bertemu dengan romobongan mBak Wahyu di pantai Indrayanti. Tentu dengan mengikuti arah mobil Alphard si Tiga Dara itu, akan lebih mudah menemukan rombongan mBak Wahyu. Namun betapa terkejutnya Pak Edy ketika Mami Dinda sambil tersenyum tipis berkata:

"Ratih memang Wahyu sudah sampai di mana ? Kan dia bisa dikontak. Wahyu saja yang dibicarakan!"

Kontan saja hati Pak Edy menjadi kecut, mendengar respon Mami Dinda tersebut. Tiba-tiba Mahesa punya ide:

"Coba buka goggle map. Selain petunjuk arah, kan kita bisa tahu posisi kita masih jauh tidak dengan pantai Indrayanti."

"Itu bagus." kata Mami Dinda ketus.    

lanjut ke     

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun