Mohon tunggu...
MJK Riau
MJK Riau Mohon Tunggu... Administrasi - Pangsiunan

Lahir di Jogja, Merantau di Riau

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Merunduk di Snowbay

9 September 2018   06:13 Diperbarui: 9 September 2018   21:00 614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.wisatakaka.com

sebelumnya

Merunduk di Snowbay

"Pak Edy, apak kabar ? 

Kembali Pak Edy dikejutkan oleh suara yang tidak dikenal. Untuk sejenak Pak Edy terdiam, kemudian wajahnya mulai tersenyum setelah melihat asal suara yang menegurnya. Rupanya Mahesa teman Ratih Joachim Kun yang menyapanya, sambil masih memegang stir mobilnya. 

Pak Edy jadi ingat waktu kopdar di Bandung, bersama juga Mahesa dan Ratih, Mahesa sepertinya sedang pedekate kepada Ratih. Waktu mereka kopdar, jika Ratih menelorkan ide-ide smart, Mahesa sering memberikan kontribusi positif. 

Bahkan pada saat ada teman yang menimpali pendapat Ratih dan tentu saja Ratih memperhatikan dengan seksama pendapat kawan lainnya itu, Mahesa terus menerus memandang Ratih tanpa henti. 

Memang sesekali Mahesa minta pendapat Pak Edy, sebelum Mahesa memberikan pandangannya terhadap pendapat Ratih. Bahkan Mahesa tanpa basa basi menanyakan soal Ratih kepada Pak Edy:

"Pak Edy, Ratih cantik dan pintar, ya ?" 

Pak Edy hanya tersenyum lebar mendengar pertanyaan Mahesa waktu itu. Tapi saat ini Mahesa ada di sini. Ada apa Mahesa sampai di tempat ini, pikir Pak Edy. Tiba-tiba lamunan Pak Edy pun hilang, dan Pak Edy sadar belum kembali belum membalas sapaan Mahesa.

"Alhamdulillah, baik Mahesa. Tumben Mahesa ada di sini. Ada apa Mahesa ini ?" tanya Pak Edy.

 "Saya ada janji dengan Ratih, akan bertemu dengan Ratih di alamat ini. Eh, kok malah jumpa Pak Edy di sini." seru Mahesa.

"Ratih Joachim Kun, teman kita waktu kopdar di Bandung, maksud Mahesa." tanya Pak Edy.

"Betul, Pak Edy. Apakah Pak Edy pernah bertemu Ratih lagi setelah acara Kopdar di Bandung itu ?" tanya Mahesa.

"Tadi saya jumpa Ratih di sini, tapi hanya sebentar ....." kata Pak Edy.

Mendengar itu, Mahesa langsung ke luar dari mobilnya, dan segera menghampiri Pak Edy, lalu memegang pundak Pak Edy dengan ke dua tangannya. Tubuh Mahesa yang tinggi, memaksa Pak Edy harus melihat ke atas untuk dapat melihat wajah Mahesa. 

"Alhamdulillah." kata Mahesa.

"Sekarang Ratih di mana, Pak Edy ?" tanya Mahesa sambil menggoyang-goyangkan tangannya dengan kuat, sampai bahu Pak Edy pun bergetar, bahkan hampir miring. Jika Pak Edy tidak berusaha tegak kembali, bisa bisa Pak Edy jatuh, gara gara ulah Mahesa.

"Saya dengar, mereka mau pergi ke TMII." kata Pak Edy. 

"TMII, ayo Pak Edy, kawani Mahesa ke TMII. Pak Edy ada waktu senggang ?" gegas Mahesa. Tanpa menunggu jawaban dari Pak Edy, Mahesa langsung memeluk Pak Edy dengan tangan kirinya dan sambil setengah mendorong Pak Edy menujuk ke arah  mobilnya. Dengan cekatan tangan kanan Mahesa membukakan pintu depan mobil, lalu sambil setengah berlari, Mahesa  masuk ke mobil dan langsung pegang stir.

"Kita ke TMII, ya Pak Edy." seru Mahesa.

"Insya Allah." seru Pak Edy. Senyum Pak Edy mengembang di wajahnya. Mata Pak Edy bersinar. Pak Edy merasa menjadi lebih muda lagi.

Wahana di snowbay rupanya banyak dipenuhi orang. Orang orang bersama keluarganya lalu lalang di sana. Ada juga yang menunggu sambil minum-minum di resto. 

Memang tidak mudah mencari Ratih dan keluarganya di tempat yang riuh rendah seperti itu. Namun bukan Mahesa namanya kalau tidak dapat segera menemukan Ratih.  Orang yang lagi kasmaran, begitulah Mahesa. Berusaha mencari cara untuk dapat menemui buah hati pujaanya, dengan berbagai cara. Mahesa tahu kesukaan anak anak Ratih, Cecep dan Derna, Mereka pasti main di air mancur. 

Namun ketika pandangan Pak Edy mengikuti arah Mahesa menuju ke tempat Ratih, mata Pak Edy tertumbuk ke wajah yang cantik itu lagi. Memang Pak Edy hanya melihat dari samping, apalagi sosok yang berkerudung itu tidak masuk ke kolam. 

Namun ketika Mahesa berteriak-teriak memanggil Ratih, sosok itu melihat ke arah suara Mahesa. Tentu saja lalu Pak Edy dapat melihat wajah cantik itu menjadi lebih jelas. Namun Pak Edy segera menundukkan pandangan, sambil berdesis:

"Subhanallah. Cantik sekali." 

lanjut ke

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun