“Hemmmmm. Kalian mau ke mana ini.”
Seru Hong Li sambil memberikan ujung-ujung jari nya kepada Sahrukan beberapa saat dan kemudian segera menariknya mundur kembali. Sahrukan dengan tersipu segera menarik tangannya juga sambil berseru:
“Kami mau ke Bali.”
“Oh, ya. Kalau begitu sama dong. Dinda Pertiwi, bagaimana kalau kita ikut mobil Sahrukan saja, bersama Tanza Herlambang pergi ke Bali ?”
“Bagaimana Tanza, apakah kalian setuju dengan usul Hong Li ?”
“Boleh, kami juga hanya berdua saja. Kalau kalian mau gabung tidak jadi masalah. Kapan kita berangkat ?”
“Tunggu sebentar, apakah kalian tidak ingin melihat-lihat foto-foto selfi Dinda Pertiwi dulu ?”
“Baik aku mendengarkan.”
Dinda Pertiwi segera menuju sebuah foto yang menunjukkan suatu pantai yang airnya sangat jernih, berwarna biru dengan pasir putih yang sangat indah kepada Tanza Herlambang.
“Ini Raja Ampat. Kalau yang di sebelahnya adalah Jembatan Kelok Sembilan”, seru Dinda Pertiwi, sambil melangkah perlahan menuju suatu foto sebuah Jembatan yang fenomenal di Sumatera Barat. Tanza Herlambang pun mengikuti langkah Dinda Pertiwi sambil mendekat, sementara Hong Li juga mengikuti langkah Dinda Pertiwi dan Tanza Herlambang. Untuk sesaat Sahrukan agak bingung, karena masih ingin menikmati keindahan pesona Raja Ampat, tapi keburu takut kehilangan jejak Hong Li. Akhirnya Sahrukan pun ngintil di belakang Hong Li.
Tiba-tiba mereka berempat dikejutkan oleh kedatangan dua orang makhluk yang menggunakan kostum aneh.