Mohon tunggu...
MJK Riau
MJK Riau Mohon Tunggu... Administrasi - Pangsiunan

Lahir di Jogja, Merantau di Riau

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Slamet Berkabut, Ki Difangir Terpinggir, Adhieyasa Sewot

20 Juni 2016   21:47 Diperbarui: 20 Juni 2016   21:50 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Lontaran Kontrak Matraman Raya"][/caption]

Miss Tami Zen menghela nafas dalam. Bau keringat Slamet Raharjo Jati tokoh icon baru di Kerajaan Matraman Raya itu masih terasa menempel di tubuhnya. Dilihatnya selimut mereka sudah hampir mencapai lantai kamar.

"Slamet"

"Tami sayang"

"Cepat bangun. Ingat janjimu. Aku tidak akan memaafkanmu kalau kau ingkar janji"

"Sabar Tami sayang. Apakah dirimu  tidak ingin berlama-lama dengan Slamet ?"

"Bukan itu masalahnya. Kau harus kerahkan masa sebanyak mungkin untuk menjungkalkan Raja Difangir. Ingat kesaktian Raja Difangir belum tertandingi sampai saat ini. Hanya pengerahan masa yang dapat merubah keputusannya. Pada dasarnya Raja Difangir sangatlah memeperhatikan kebutuhan masyarakatnya. Namun kalau Slamet tidak berusaha keras, mustahil itu dapat terjadi. Ajian angin Difangir kabarnya luar biasa hebat. Cepat pergi dari kamarku. Ambil tahta Raja Difangir, atau jangan pernah kembali menemuiku."
Miss Tami Zen masuk ke kamar mandi, sambil menutup pintunya dengan keras.Slamet Raharjo Jati yang sangat berwibawa di masyarakat tak dapat berkutik berhadapan dengan Miss Tami Zen. Slamet segera bergegas untuk ke luar menggerakkan masa. Raja Difangir harus segera diturunkan dari Tahta. Dari pada Slamet tidak dapat bersama lagi dengan Miss Tami Zen. Utusan investor Jepang itu memang handal.

Sementara itu Ki Difangir dalam istana Kerajaan Matraman Raya sedang tidak berkutik dalam dekapan Putri Ming.

Ki Difangir seolah menjadi lupa akan tugasnya sebagai Raja Kerajaan Matraman Raya. Ki Difangir terlalu pede dengan kesaktian ajian anginnya. Ki Difangir tidak pernah berpikir bahwa di atas langit masih adalangit. Kilau pualam Putri Ming membuat Ki Difangir lupa diri.

"Putri"
"Ya. Baginda"

"Putri"

"Ya, Baginda. Coba dengar sebentar. Putri ingin memberitahukan suatu rahasia besar kepada Baginda. Harap Baginda mendengarkannya dengan baik"

"Putri Ming. Katakanlah"

"Hamba hamil Paduka"

"Putri Ming.  Berikan kilau pualammu padaku Putri Ming. Seluruhnya"

"Kesinilah Kanda. Aku. Putri Ming milikmu"

Di tempat lain Adhieyasa dengan penuh emosi ingin segera menemukan  Putri Raisani. Konon info dari Tante Ming dan Paman Pujangga Halim. Putri Raisani senang duduk di halte. Halte yang berada di dekat Hotel Acacia. Ngapain saja Putri Raisani duduk duduk di Halte, pikir Adieyasa Adhieyasa Setrum 35000 megawatt. Ketika dilihatnya ada seorang gadis manis yang mirip dengan  foto Putri Raisani, segera Adhieyasa Adhieyasa menghampiri Putri Raisani. Namun Adhieyasa Adhieyasa untuk sesaat tertegun melihat Putri Raisani sedang memegangi sebuah bingkisan. Apa sebetulnya yang sedang dilakukan Putri Raisani sebetulnya di halte ini. Pikiran Adhieyasa Adhieyasa dipenuhi kebingungan tetapi perasaan hatinya yang ingin berkenalan dengan Putri Raisani lebih kuat mempengaruhinya. Akhirnya dengan nekat, Adhieyasa Adhieyasa menyapa Putri Raisani.

"Putri Raisa"

Untuk sesaat Putri Raisani bingung. Baru sekali ini dia mendengar ada yang memanggilnya Putri Raisa. Namun Putri Raisani lebih bingung lagi, jantungnya berdebar keras, ketika tiba-tiba Putri Raisani melihat Adhieyasa Adhieyasa yang pernah masuk dalam mimpinya di Rupat, tiba-tiba sudah berada dihadapannya. Waduh gantengnya nih Adhieyasa Adhieyasa, dia tersenyum dan mengulurkan tangan kanannya pula kepada Putri Raisani. Tanpa disadari Putri Raisani pun kemudian mengulurkan tangannya. Namun pada saat ke dua tangan mereka hendak saling menjabat, tiba-tiba Putri Raisani teringat dengan Lima. Gadis manis istri Adhie yang bertemu mereka di Tanjung Pinang. Konon Ayahanda sangat  menunggu kedatangan Lima di Tanjung Pinang. Tanpa sadar Putri Raisani bertanya:

"Di mana Lima, Adhie ?"

"Lima. Apa maksudmu. Oh Putri Raisa tentu sudah mendapat cerita dari Tante Ming dan Paman Pujangga Halim ya. Kami di tanah Perdikan Malembang memang tinggal berLima. Ayah Ki Ageng Batman sebagai pimpinan Tanah Perdikan Malembang. Ibu menyusui 00 weibe tetangga. Slamet, Adhie dan paman Dusmin serta bibi Ijah. Kami memang tinggal berLima. Betul informasi yang Putri Raisa terima."

Tiba tiba Putri Raisani merasakan ada yang masuk ke dalam tubuhnya secara halus, sambil membisikkan sesuatu kepada Putri Raisani. Putri Raisani, kami hidup di jaman yang berbeda dengan Putri Raisani, di kelak kemudian hari. Aku Lima adalah dirimu saat ini. Adhieyasa Adhieyasa adalah jodohmu Putri Raisani, jangan sia siakan kesempatan ini. Akan berbeda akhirnya kalau Putri Raisani tidak memberikan hatimu kepada Adhieyasa Adhieyasa. Aku Lima akanmembantumu sekuat tenaga. Bukalah pintu hatimu untuk Adhieyasa.

"Adhie. Aku Raisa. Kapan kamu sampai di sini. Kudengar dari Putri Ming, Adhieyasa sangat ingin ketemu Raisa, betul begitu" bisik Putri Raisani sambil menyalami tangan Adhieyasa. Tiba-tiba tubuh mereka berdua seperti menjadi lebih ringan. Tanpa mereka berdua sadari dari masing masing kepala mereka ke luar cahaya yang sangat terang. Jodoh telah bertemu. Namun hambatan kendala dan tantangan selalu ada. Mereka berdua harus mampu mengatasi hal itu.

"Raisa, apa yang kau pegang itu. Kelihatannya kok seperti sebuah bingkisan. Coba kulihat"

Sebelum Putri   Raisani sempat menyembunyikan hadiah dari Ki Difangir ketika mereka pergi ke Singapura. Putri Raisani tidak dapat mempertahankan ketika bingkisan Raja Difangir itu telah berada di tangan Adhieyasa Adhieyasa Setrum 35000 megawatt.

Begitu melihat itu sebuah bingkisan dan ketika dibuka oleh Adhieyasa Adhieyasa Setrum 35000 megawatt ada foto Raja Difangir dan namanya disana dengan jelas tertera Ki Difangir Raja Kerajaan Matraman Raya, kontan Adhieyasa Adhieyasa Setrum 35000 megawatt berteriak keras:

"Difangir akan kuhabisi nyawamu. Raisa adalah impianku sejaklama. Jangan pergi kau Difangir. Rasakan Setrum 35000 megawatt beraksi. Kalau tidak gosong seluruh tubuhmu. Jangan panggil aku Adhieyasa."

 

Sementara itu. Ki Ageng Batman yang sedang menaiki Perahu Surya, bersama Putri Biyan, mBak 00 weibe dan Miss Kiara, berteriak keras di udara. 

"Miss Kiara, bisa lebih cepat lagi tidak Perahu Surya ini terbang"

Di samping kanan Perahu Surya Ki Ageng Batman, nampak piring terbang Ki Koh Agil meluncur bersama Pendekar Zontor yang masih uring-uringan.MBah Kikuk seperti biasanya dengan Panembahan Jati naik permandani sambilmengulum senyum.

"mBah Kikuk, apakah mBah tidak melihat situasi sudah semakin panas ? kok masih mengulum senyum begitu ?"

"Ah Panembahan pura pura tidak tahu. Panembahan Jati lebih tahu dari pada mBah Kikuk bagaimana nanti akhirnya"

Mendengar itu, Panembahan Jati hanya dapat menghela nafas. Namun kejadian di lapangan kan sering tidak dapat terkendali. 

"Jangan mengajak minum kopi dulu nanti, mBah Kikuk", seru Panembahan Jati.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun