Dua hari ini Lima sungguh sangat sibuk. Bukan main pekerjaan yang harus diselesaikan. Betul-betul menguras tenaga dan pikiran. Namun Alhamdulillah, atas ridhlo Allah, smua dapat diatasi dengan baik.
Senin pagi, Lima sudah dapat tantangang berat. Belum rasa penat badan, tetapi tantangan berat pekerjaan harus ditanggulangi. Lima mambaca klausul perjanjian. Melihat permasalahan yang timbul. Membaca data perusahaan yang bermasalah. Lima memutuskan untuk segera menangani masalah yang terjadi.
"Berapa gaji anda sekarang ?", tanya Lima pada salah seorang pimpinan kelas menengah perusahaan yang ditangani Lima.
"Lima juta, Bu"
"Apaah gaji anda cukup untuk membiayai keluarga ?"
"Tidak cukup, Bu"
"Apakah anda ingin mendapat penghasilan lebih dari sekarang ?"
"Oh ya tentu. Setiap orang yang bekerja di perusahaan ini, ingin penghasilannya bertambah. Apakah Ibu dapat menaikkan gaji kami ?"
"Anda sendiri yang dapat menaikkan gaji anda!"
"Ibu ini bagaimana ? Sudah bertahun kami bekerja di sini. Berharap perusahaan memperhatikan nasib kami. Tetapi Ibu bilang, kami lah yang dapat menaikkan gaji kami> Caranya dari mana ?"
"Pertanyaan yang bagus"
"Bagaimana perusahaan bisa memberi anda kenaikan gaji ?"
"Ya. Kalau perusahaan peduli terhadap nasib kami!"
"Apakah anda peduli terhadap nasib perusahaan ?"
"Perusahaanlah yang seharusnya peduli terhadap nasib karyawannya. Bukan karyawan yang harus peduli terhadap perusahaan"
"Dari mana perusahaan dapat memberi gaji kepada anda ?"
"Dari keuntungan perusahaanlah"
"Bikin perusahaan untung besar. Maka anda akan mendapat kenaikan gaji yang seimbang dengan keuntungan perusahaan"
"Caranya ?"
"Rubah perilaku kerja yang tidak efektif. Tingkatkan produksi. Setiap lini akan memberikan pengaruh pada lini yang lain. Termasuk lini yang anda butuhkan, akan mempengaruhi kinerja lini anda. Anda semua harus sepakat untuk berubah. Yang tidak mau berubah kana ketinggalan. Bahkan bisa jadi terkena phk. itu hukum alam"
"Bu. Tolong sering-sering datang ke kantor kami. Tetapi biarkan kami bekerja lebih baik sekarang. Nanti saya akan meeting kepada karyawan yang berada di bawah saya. setelah itu, kami akan mencoba berkoordinasi di level yang sama. Kami akan mencoba bangkit. Kami sadar kami harus sejahtera. Tetapi perusahaan juga harus maju."
"Terima kasih atas perhatian dan kerjasamanya."
"Insya Allah, kalau nanti kami sudah berhasil, kami akan menghubungi Ibu"
"Boleh kami tahu nama Ibu"
"Lima"
Sesampai di kantor, pimpinan perusahaan sudah menunggu. Ada segepok amplop sangat tebal di meja Lima. Lima hanya tersenyum. Â Perjanjian yang kita sepakati, tidak sampai setebal itu. Entah kalau itu uang ribuan"
"Kau tidak mempercayaiku, Lima"
"Kau yang tidak mempercayaiku"
"Itu memang di luar dari perjanjian. Aku menambahnya dua kali lipat, kalau saja kau mau menjadi isteriku"
"Bawa uang itu kembali dan ke luar dari ruanganku sekarang juga. Jangan menghubungi lagi. Security. Bawa tamu ini ke luar"
"Lima bukan itu maksudku. Sebetulnya aku hany ingin memberitahu kepadamu tentang sesuatu"
"Security"
"Baik Bu"
Kurang ajar mereka. Memang aku ini siapa.
Lima menghela nafas. Ada notifikasi email. Begitu Lima klik. Ada tambahan dana ke rekening Lima, 4 kali dari perjanjian yang Lima sepakati dengan kline yang dimarahinya tadi. Kalau itu terserah kalian lah.
Ada lagi notifikasi WA.
Apa pula si Adhieyasa ini.
Lima ingin istirahat. Lima ingin pulang cepat.
Pagi ini Lima masuk ke kantor seperti biasa. Setelah browsing berita sebentar, Lima tiba-tiba tertarik dengan salah satu foto yang ada di sana. Â
Bukankah itu foto Lima ? Ada apa dengan foto Lima.
Beberapa perusahaan memberikan testimoni, tidak jadi memphk karyawannya dan ada foto tambahan kalau perusahaan tampak sepi dari luar. Tidak ada lagi karyawan yang keluyuran seperti sebelumnya. Lima menghela nafas lega. Alhamdulillah, karena ridhlomu ya Allah. Semua berjalan baik. Tiba-tiba ada notifikasi WA lagi.
Ih. Ngapain sih si Adhieyasa ini ?
Tapi kalau dipikir-pikir aneh juga, ya. Sampai saat ini, Andro belum menghubunginya. Apakah Andro masih di Babel atau entah di mana. yang jelas, jangankan Andro pulang ke rumah, kontak saja belum. Tapi si ganteng ini. Mencoba kontak Lima terus. Busyet.Â
Sudah Jum'at sore. Andro belum juga kontak. Kemarin kemarin Lima sibuk. Coba Lima kontak. Tidak ada nada masuk. Ke mana Andro. Tiba-tiba cling. Itu nada si ganteng Adhieyasa.Â
Ah. Anak ini. Tapi dia sahabat Andro. Siapa tahu Adhieyasa tahu di mana Andro ?
"Lima sehat"
"Oh begitu saja yang pengin dia tahu dari Lima"
Kalau hanya itu, biar sajalah. Bagus Lima pulang cepat hari ini. Kalau perlu sebelum sembahyang Jum'at.
Sampai di rumah Lima terkejut. Pintu rumah sudah terbuka. Lima masuk tidak ada orang di ruang tamu. Tapi begitu Lima masuk kamar. Astaghfirullah. Â Andro sedang berdua dengan Zaskia.
"Ke luar kalian dari rumahku sekarang juga"
"Ayo ke luar cepat sebelum aku panggil polisi kemari"
"Akan kuurus surat surat cerai kita"
Lima tak mampu berdiri tegak lagi. Lima terjengkang gempa. Sementara ke dua matanya masih sempat memperhatikan, Zaskia menarik Andro ke kanan ke kiri karena badan Andro yang berat. Dalam pandangan Lima, seakan-akan Zaskia menari-nari.
Tangan kanan Lima mengacung ke depan. Kurang ajar kau. Masya Allah. Ampuni hambamu ini. Samar samar Lima, melihat ada mobil Susuki Ertiga parkir di dekat rumah mereka. Lima terduduk.
Sore sampai malam hari, mobil Susuki Ertiga itu masih parkir di tempat yang sama. Menjelang subuh, ketika tubuh Lima sudah merasa agak kuat. Lima mendekati mobil itu.
"Mau minum kopi, teh, atau susu"
Kaca jendela mobil itu perlahan terbuka. Adhieyasa ada di dalam mobil itu.Â
"Teh manis, gulanya sedikit" Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H