"Insya Allah bisa, mas. Tapi sungguh, mohon maaf. Kalau merepotkan mas emjeka"
"Astaghfirullah, ini kan fiksi Mentor. Kalau beneran dari kemarin, saya sudah bangkrut"
"Terima kasih, mas. Mudah mudahan menjadi amal baik mas emjeka"
"Amin"
Putri Raisani pernah merasakan sensasi itu. Ya. Waktu itu, kalau tidak salah, pada saat Ayahanda ingin menjemput Putri Raisani berangkat ke Sumatra. Bahkan Tante Ming ada di mobil itu. Ya. Pemuda itu, tiba-tiba turun dari mobil, kemudian memandang Putri Raisani tanpa berjkedip. Bahkan agak terkejut melihat Tante Ming ada di dalam mobil. Pemuda itu, bahkan kelihatannya ingin mengejar mobil mereka. Putri Raisani ingin kembali merasakan sensasi itu. Siapa tahu itulah pemuda ganteng seperti dalam mimpinya d pantai Rupat.
"Jangan malam-malam ya Put. Walaupun jakarta tak pernah kenal sepi. Tapi tetap tidak baik, kalau malam malam seorang perempuan sendirian di halte. Nanti pasti diganggu orang juga. Masih ingat kunci kamar Puput. Kami di sebelah kamar Puput. Ada connecting doornya. Jangan ragu, kalau butuh pertolongan kami. Jaga diri baik baik ya ananda!"
"Baik Ayahanda. Terima kasih telah mengabulkan permintaan Puput."
"Bersyukurlah kepada Allah. Kapan kapan kamu sungkem sama emjeka, ya"
"Insya Allah, ayahanda"
Tiba-tiba sensasi itu muncul lagi. Putri Raisani komat kamit berdoa. Hanya kepada Allah semua bergantung. Apakah dia akan datang secepat ini .
"Anak gadis, malam malam kok duduk di sini ?"