Pada saat off air Republik Sentiluan Sentilaun terjadi dialog bebas antara cucu Mo Gong (Romo Bagong) dengan Raharjo Jarot:
cucu Mo Gong: "Ada berita santer, bahwa masa kecil sampeyan akan dishoot di sesi berikutnya ?"
Raharjo Jarot:"Maksud jenengan opo ?"
cucu Mo Gong:"Itu lho, biasanya kan kalau di stasiun tv lain, ada dialog dengan salah satu nara sumber. Kemudian oleh MCnya, panjenengan sebagai nara sumber, dikerjain, eh ditunjukin, foto jadul jenengan atau video singkat tentang jenengan di masa lalu. Tapi memang itu di acara tv lain."
Raharjo Jarot:"Ah, itu kan beda dengan acara kita."
cucu Mo Gong:"Ya. Mudah-mudahan begitu adanya."
Tiba-tiba muncul Indra Bhakti dan Indria Ski di ruangan. Tanpa basa basi mereka kemudian langsung tersenyum dan bicara:
"Pemirsa yang terhormat, marilah kita lihat bersama berita paling baru yang dapatkan dari siaran langsung adegan pamitan dari bintang film besar kita Slamet Raharjo Jati kepada Ki Ageng Batman petinggi tanah Perdikan Malembang di tepian Kali Gajah Wong".
Dalam tayangan live. Tampak Slamet Raharjo Jati berpamitan kepada Ki Ageng Batman yang dalam posisi duduk tegap di kursi sebagai personifikasi petinggi tanah Perdikan Malembang. Ada pun Slamet Raharjo Jati duduk di kursi sebelah kursi Ki Ageng Batman. Ke dua tangan Slamet menakup ke dua tangan Ki Ageng Batman, lalu Slamet menundukkan kepala, sambil menetes air mata. Dengan terbata-taba Slamet mohon doa restu Ki Ageng Batman, untuk dapat melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi bangsa, negara dan agama. Dalam usahanya meniti karier, Slamet berharap tetap teguh menjalankan perintah agama dan akan berusaha keras melakukan kegiatan kegiatan di jalan yang diridhloi Illahi Robbi. Â Â
Setelah prosesi acara pamitan selesai, tampak Slamet berjalan ke luar rumah dengan gagah. Tangan kanannya melambai ke arah kerumunan penduduk tanah perdikan Malembang yang sudah lama menunggu Slamet di luar rumah Ki Ageng Batman. Begitu nampak Slamet ke luar rumah, mereka segera menghambur dan mengerumuni Slamet.Â
cucu Mo Gong:"Bukannya itu video jadul njenengan to mas Jarot ? Tapi kok ..."
Raharjo Jarot:"Bilang saja, kok kulitnya putih, begitu, Sementara kulit saya hitam. Cucu Mo Gong ini, nggak mau terus terang. Bagaimana nanti acara kita bisa sukses kalau njenengan tidak mau menyatakan kebenaran yang ada. Semua mau diselimuti. Biar masyarakat tenang, damai. Ya. damai tapi gersang."
cucu Mo Gong:"Jadi itu bukan video tentang njenengan to, mas Slamet Raharjo Jarot ?"
Raharjo Jarot:"Bukan itu, Eros Jarot mungkin, adik saya ..."
cucu Mo Gong:"Oh ... begitu .. tho..."
+++++
Begitu mendapat info kalau Putri Biyan merajuk dan berusaha mencari Putra Mahkota Adhieyasa Adhieyasa, karena Ki Difangir, yang dikenal oleh Permaisuri Ming, sebagai calon independen yang didukungnya akan berkunjung ke Jepang, maka Permaisuri Ming segera memutuskan pulang ke Kerajaan Matraman Raya. Perjalanan Permaisuri Ming dengan Pujangga Halim, Bunda Lilik dan Putri Rasiani berakhir di bandrara SSQ II Pekanbaru, setelah mengantar Satria yang mendapat tiket sebagai peserta 4 wedding writing contest di Swiss. Permaisuri Ming mengkhawatirkan kondisi istana Kerajaan Matraman Raya yang pasti terjadi kekosongan koordinasi. Sesampai di istana Permaisuri Ming langsung masuk ke kamarnya, sewaktu dia menjadi permaisuri. Permaisuri Ming berpikir bahwa Putri Biyan sedang tidak berada di istana, apa salahnya kalau dia istirahat di kamar itu. Toh dulu itu juga merupakan kamarnya. Kamar Permaisuri Ming. Permaisuri Kerajaan Matraman Raya yang cantik jelita, cerdas, jujur, tegas dan lugas dalam berpendapat. Kecantikan Permaisuri Ming ada yang mengatakan bagai Matahari. Mengkilap. Ada yang mengatakan seperti batu pualam. Berkilauan. Permaisuri Ming tersenyum kecil mengingat semua itu. Karena capek, Permaisuri Ming lalu mandi di kamar mandi transparan yang biasa digunakan Putri Biyan mandi. Permaisuri Ming kembali merasakan kemewahan yang pernah dirasakannya dulu.
Di lain pihak, Ki Difangir kesal dengan adanya kesalahan yang terjadi dari petunjuk yang dia terima. Tadinya Ki Difangir bermaksud untuk berangkat ke Jepang dengan pesawat Kerajaan Matraman Air Force One, tetapi karena Putri Biyan tidak mendapinginya, Ki Difangir segan kalau harus menjawab berbagai pertanyaan. Oleh karena itu Ki Difangir memutuskan menggunakan penerbangan komersial dalam rencana kunjungannya ke Jepang, memenuhi undangan Miss Tami Zen. Namun entah apa yang terjadi di bandara, kok ternyata Ki Difangir diarahkan kepada penerbangan dalam negeri, padahal Ki Difangir bermaksud mengadakan kunjungan ke luar negeri. Karena kesal dengan kejadian  tersebut, akhirnya Ki Difangir memutuskan untuk menunda rencana kunjungannya ke Jepang. Ki Difangir pun pulang ke istana kerajaan Matraman Raya.
Sesampai di istana, Ki Difangir karena kesalnya, langsung masuk ke kamar bermaksud ingin istirahat. Sampai di dalam kamar, Ki Difangir mendengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi. Sontak hati Ki Difangir girang bukan main. Ternyata Putri Biyan telah kembali dan kini sedang mandi. Tidak sabar menunggu Putri Biyan selesai mandi, seperti biasa, walaupun Putri Biyan minta Ki Difangir untuk sabar menunggu, Ki Difangir langsung menghambur saja ke dalam kamar mandi transparan, sambil menjalin kemesraan. Tanpa disadari Ki Difangir tindakan cerobohnya itu, tanpa terlebih dahulu bertanya siapa yang ada di dalam. Karena Ki Difangir yakin bahwa tidak mungkin ada yang berani mandi di kamar mandi transparan Putri Biyan. Ki Difangir tidak tahu kalau yang sedang mandi adalah Permaisuri Ming. Begitu Ki Difangir menyadari kalau bukan Putri Biyan yang sedang mandi, Ki Difangir kaget. Apalagi mengetahui bahwa yang sedang berada di sana, adalah Permaisuri Ming, tanpa sadar Ki Difangir berteriak:
"Putri Sepuh", maksud Ki Difangir ingin menghormati Permaisuri Ming sebagai Bunda angkat Putri Ming, karena merupakan permaisuri Raja Armanda. Walaupun Putri Biyan adalah putri kandung Bunda Fitri istri Raja Armanda yang lain, tetapi kepada Permaisuri Ming, Ki Difangir harus menaruh hormat. Karena merasa Permaisuri Ming sudah lebih senior dari dirinya, namun karena Ki Difangir belum terbiasa belajar tatakrama di kerajaan Matraman Raya, maka Ki Difangir mencoba menyapa Permaisuri Ming dengan Putri Sepuh. Kecantikan Permaisuri Ming yang bagaikan batu pualam sempat membuat Ki Difangir resah, namun karena ingin menghormati tokoh senior, maka yang ke luar dari mulut Ki Difangir adalah Putri Sepuh.
Mendengar dipanggil Putri Sepuh oleh Ki Difangir, Permaisuri Ming sewot. Permaisuri Ming lupa kalau Ki Difangir pernah menjadi kebanggaannya, karena pandangan Ki Difangir sebagai calon independen. Permaisuri Ming yang baru saja merasakan kembali kejayaannya dalam kamar yang dulu merupakan kamar mandinya itu, begitu gusar mendengar kata sepuh yang ke luar dari mulut Ki Difangir. Dengan cepat diambilnya kimono yang terletak digantungan kamar mandi itu, sambil mengikatkan tali yang tidak terikat secara sempurna, karena tangan kanan Permaisuri Ming keburu menuding Ki Difangir, sambil berjalan ke arah luar. Ki Difangir yang terkejut dengan kejadian peristiwa  yang tidak terduga duga itu pun melangkah mundur ke luar dari kamar mandi.
Permaisuri Ming dengan sigap lalu ke luar dari kamar mandi dan segera menuju pintu kamar tidur Raja, kemudian dengan cepat mengunci kamarnya. Kemudian berbalik sambil masih menuding Ki Difangir, dengan gusar Permaisuri Ming marah besar:
"Difangir, jangan kau menghina Permaisuri Ming dengan mengatakan kalau aku sudah tua ya. Aku, Permaisuri Ming dulu meruapakan Permaisuri Kerajaan Matraman Raya yang dulu disegani banyak orang. Bukan hanya cerdas, pandai, jujur dan lugas, tetapi juga mandiri".
"Banyak orang memujiku bagai Matahari. Bahkan ada yang mengatakan kulitku mengkilap seperti batu pualam. Kau ... Kau... berani ... beranina mengatakan aku, Putri Sepuh!"
"Hem, tapi masih Putri juga ya."
"Hai Difangir. Matikan lampu kamar, sorot aku dengan lampu emergency, biar tahu kau, siapa Permaisuri Ming yang sebenarnya."
Ki Difangir seperti kerbau yang baru dicucuk hidungnya, segera mengikuti perintah Permaisuri Ming. dimatikannya lampu kamar, begitu kamar nampak gelap gulita, kemudian dicarinya lampu emergency, agak sedikit lama, karena yang biasa mencari lampu emergency adalah Putri Buyan. Namun akhirnya Ki Difangir berhasil menemukannya. Segera setelah itu, disorotkannya lah ke arah Permaisuri Ming. Nampak Wajah Permaisuri Ming yang cantik luar biasa.Â
"Mendekat sini Difangir. Biar kamu tahu dengan jelas siapa Permaisuri Ming. Jangan lagi kau sebut Putri Sepuh Putri Sepuh."
Ki Difangir sadar bahwa Permaisuri sedang marah besar. Oleh karena itu, sambil mendekat Ki Difangir merapal ajian angin sepoi-sepoi, maksud Ki Difangir supaya, Permaisuri Ming dapat diusahakannya istrirahat dan nanti setelah sadar akan disampaikannya permohonan maaf. Namun yang terjadi tidak seperti yang dipikirkan oleh Ki Difangir. Begitu Ki Difangir merapal ajian angin sepoi-sepoi, kesadaran Permaisuri Mingset mulai kabur. Ke dua tangannya melemas, sehingga kimononya yang tidak terikat sempurna lepas. Begitu melihat kilau pualam Permaisuring Ming, Ki Difangir galau. Tanpa sadar, secara refleks, melihat tubuh Permaisuri Ming akan terjatuh, maka dengan sigap dipeluklah Permaisuri Ming.Â
"Kau panggil apa aku tadi ?"
"Putri Se..."
"Apa ?", sambil menarik selimut yang menutupi mereka.
"Putri Ming" Â Â Â Â
Edisi Ontran Ontran di Kerajaan Matraman RayaÂ
episode 2: http://fiksiana.kompasiana.com/masjokomu/putri-raisani-menuju-kota-raja_573b32a5b77a616b093724a6Â
episode 4: http://fiksiana.kompasiana.com/masjokomu/undangan-investor-jepang-untuk-ki-difangir_5748d1d95b7b61e30c492e66
episode 5: http://fiksiana.kompasiana.com/masjokomu/undangan-miss-tami-zen-membuat-putri-biyankun-ming-merajuk_574b46f5587b612f07499bdc
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H