Mohon tunggu...
MJK Riau
MJK Riau Mohon Tunggu... Administrasi - Pangsiunan

Lahir di Jogja, Merantau di Riau

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Koneksi, Kooperasi dan Negosiasi

4 September 2015   02:54 Diperbarui: 25 Oktober 2015   12:39 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Koneksi, Kooperasi dan Negosiasi

Adalah suatu hal yang bukan mustahil terjadi, bahwa dalam pelaksanaan ibadah haji, terjadi jemaah haji yang kebingungan di tanah suci, tidak tahu ke mana harus kembali ke hotel atau penginapannya karena suatu dan lain hal. Dalam situasi orang yang lalu lalang dalam jumlah yang luar biasa besar, tanpa salah seorang yang dikenal, kemudian mengalami kebingungan, merupakan petaka bagi jemaah haji. Terkadang peristiwa yang terjadi cukup ringan, seperti tiba- tiba ada orang yang menyebut salah satu nomor kamar hotel, di suatu lantai. Jemaah lain, karena ingin berbagi empati, lalu dengan tergesa mencari nomor kamar dimaksud karena kebetulan di lantai tersebut. Setelah beberapa kali melihat tanda arah nomor kamar dan menemukan kamar yang dimaksud, maka jemaah yang ingin berbagi menolong jemaah lain yang mencari kamar tersebut, mengetok pintu kamar yang dimaksud, untuk mengadakan kontak dengan penghuni kamar yang dicari, mencoba melakukan koneksi terhadap pihak lain. Setelah proses koneksi terjadi, maka jemaah yang ingin share membantu tersebut, menyatakan bahwa ada kawan atau keluarga yang ingin mencari saudaranya di kamar tersebut. Dengan semangat kerjasama yang tinggi karena niat naik haji untuk menjalankan ibadah, maka penghuni kamar tersebut lalu beranjak ke luar, bermaksud kooperatif untuk mencari tahu siapa yang datang. Namun tanpa disangka- sangat banyak orang, jemaah yang bermaksud mencari kamar itu kemudian sambil berjalan lebih cepat berkata: " Ini kamar saya ". Kontan jemaah yang tadi membantu menolong mencarikan kamar tersebut, mencari tempat duduk. Sambil senyum, saya katakan, banyak hal yang aneh di sini, sabar saja. Beliau pun menjawab sambil senyum, mengiyakan.

 

Dalam peristiwa sederhana tersebut, sudah terjadi proses koneksi dan kooperatif tetapi belum sempat terjadi negosiasi dari berbagai pihak. Proses koneksi terjadi karena ada satu pihak yang memberikan aksi, menyebut salah satu kamar di lantai hotel tersebut dan ada pihak lain yang yang merespons terhadap aksi yang muncul. Koneksi sangat penting dalam kondisi seseorang yang merasa mendapat masalah. Masalah yang bagi orang lain mungkin sangat sederhana, dan hanya membutuhkan sedikit aksi seperti mencari nomor kamar salah satu hotel di lantai yang sama, namun bagi pihak lain mungkin bahkan menjadi salah satu masalah besar. Koneksi dapat muncul kalau pada saat terjadi aksi yang muncul dianggap masalah bagi seseorang, dan ada pihak lain yang ingin share untuk membantu. Koneksi akan membuahkan solusi positif jika pihak lain melakukan reaksi yang merupakan respon positif aksi yang terjadi dan bermaksud melakukan tindakan kooperatif. Akan lain yang terjadi, jika reaksi yang muncul terhadap aksi yang terjadi, bukan tindakan kooperatif, walaupun sudah terjadi koneksi.

 

Koneksi tanpa kooperatif tidak akan memunculkan solusi. Peristiwa berikut mungkin dapat menjadi pelajaran berharga bukan saja bagi orang lain, namun juga bagi penulis. Pada saat penulis sedang konsentrasi menuangkan artikel Medinah, Arba'in dan Rauda: Wujud Sayang Allah kepada Muhammad Rasulullah, tiba-tiba terdengar di depan ada yang dengan suara agak keras minta tolong karena ada nenek-nenek tidak tahu ke mana harus pulang di lobby hotel. Karena selama beberapa hari penulis loss contact dengan dunia maya, penulis memberikan kode sambil mengatakan kepada yang minta tolong untuk minta tolong orang lain, secara tidak sengaja, ada beberapa bapak-bapak yang duduk berderet di sebelah kursi kosong dari kursi yang penulis duduki. Kebetulan kemudian mereka sempat melakukan koneksi. Sepintas penulis mendengar dialog yang akan memunculkan resultan positif karena yang menolong menyebutkan nenek-nenek tersebut tidak dapat berbahasa Indonesia, sementara bapak yang diajak koneksi mengatakan saya orang dari daerah yang sama dengan si nenek. Mendengar hal tersebut, penulis menarik nafas lega. Alhamdulillah, mudah-mudahkan nenek tersebut dapat ditolong oleh orang sekampungnya. Namun sesaat kemudian terdengar suara agak keras dari bapak yang sekampung dari nenek itu. Salah satu yang penulis dengar adalah, kurang lebih begini, lain kali bawa kartu hotel tempat menginap. Kemudian beberapa saat lagi, terdengarlah suara ibu yang ingin menolong nenek-nenek tadi, kalau begitu saya coba minta bantuan ke tempat lain, lalu suara mereka dan orangnya pun beringsut pergi. Sebetulnya penulis merasa bersalah karena juga tidak melakukan tindakan kooperatif, karena sedang nanggung, khawatir ide yang muncul hilang begitu saja.

 

Pada peristiwa tersebut sudah terjadi koneksi namun tidak terjadi tindakan kooperatif, sehingga tidak muncul solusi. Pada peristiwa lain, bukan hanya koneksi dan tindakan kooperatif namun bahkan muncul negosiasi. Proses KKN ( Koneksi, Kooperatif dan Negosiasi) positif dapat mewujudkan solusi. Gambaran ini diharapkan dapat membantu bagaimana proses KKN tersebut terjadi dan solutif. Beberapa saat setelah memasuki pintu masuk masjid Nabawi, pada tiang payung kedua ( di halaman masjid Nabawi terdapat banyak tiang yang pada siang hari bi lengkapi payung yang dapat menutup secara otomatis pada sore hari), tiba-tiba ada ibu-ibu yang minta tolong kepada kami, kalau dia dan suaminya tidak tahu jalan pulang, suaminya sakit tidak kuat lagi menuju tempat sholat dengan tongkat kaki tiga nya, karena habis operasi. Saya sampaikan kalau bapak tidak kuat sholat tidak perlu mengejar Arba'in, tunggu saja di tiang payung, nanti kita coba cari solusi, karena waktu sholat sudah dekat, sementara kami ingin berusaha mendapatkan arba'in. Sebelum berangkat, si Sulung sempat bertanya, kartu alamat hotel, nomor kloter dan berasal dari mana, sedang saya menandai warna tas gantung, yang warnanya menunjukkan penerbangan Saudi. Si ibu saya anjurkan sholat di dekat tempat itu, si bapak biar tetap di tiang payung. Info yang didapat hanya kloter x dari embarkasi Jawa ditambah nama hotel yang kami tidak tahu lokasinya. Bagaimana dapat menolong mereka kembali ke hotel, sementara kami tidak tahu lokasi hotel tersebut ?

 

Selesai sholat Fardhu, saya berusaha melihat jamaah yang memakai tas Saudi, warna biru gelap, kalau Garuda, warna hijau muda. Kalau ada orang pakai tas gantung Saudi, saya tanya embarkasi mana ? Begitu ada yang bilang salah satu embarkasi Jawa, saya tanya lagi kloter berapa ? Kebetulan ada anak muda embarkasinya sama dengan suami istri yang butuh pertolongan namun kloternya beda, namun sama-sama baru sampai Madinah. Saya tatap dengan tajam dan saya katakan Dik saya mau minta bantuan, tolong tunggu saya di depan, sambil tangan saya memberi kode, kebetulan dia mau. Sampai di dekat pintu ke luar bangunan masjid, kami berunding, saya memberikan informasi tentang suami-istri yang butuh pertolongan dari embarkasi dan kebetulan asal kota yang sama walaupun kloternya berbeda. Lalu bertanya kepada anak muda tersebut, apakah mau ikut membantu, Alhamdulillah, dia menyetujui. Saya minta si Sulung menemani anak muda itu ke tiang payung suami istri tersebut, saya sendiri, bermaksud mengisi botol dengan air zam-zam. Selesai mengisi botol dengan air zam-zam, saya bergegas menuju ke tiang payung tempat suami istri tadi saya minta menunggu. Di pelataran masjid, saya sempat memperhatikan asa bapak-bapak yang memakai tas gantung Saudi dan embarkasinya sama dengan suami-istri yang perlu bantuan, kontan segera saya dekati dan saya sapa, Alhamdulillah bapak-bapak tersebut berasal dari kloter yang sama dengan suami-istri yang perlu mendapat bantuan. Segera bapak-bapak tersebut, saya tarik ke tiang payung yang ingin saya tuju. Namun ternyata suami-istri tersebut sudah tidak di sana, jantung saya berdebar kencang. Lalu saya cari si Sulung, beberapa saat saya melihat si Sulung berdiri bersama istri saya dan Si Cantik Bungsu. Bapak-bapak tadi memberikan kartu nama hotel tempat mereka menginap, kalau diperlukan boleh dipakai, kemudian kami berpisah. Setelah bertemu dengan anak istri di dekat tiang payung, tempat biasa kaki janjian bertemu setelah selesai sholat di Masjid Nabawi, barulah saya tahu, kalau suami-istri tadi sudah bertemu teman satu rombongan dan si Sulung dan anak muda yang sekota dengan suami-istri tadi, sudah serah terima tanggung jawab. Insya Allah masalah bisa Clear. Koneksi, kooperasi dan negosiasi dapat mewujudkan solusi.

 

Hal yang lebih pelik terjadi lagi, ketika tiba-tiba seorang ibu-ibu menyapa kami untuk minta tolong diantar ke penginapan yang dia sendiri tidak tahu namanya, kartu nama hotel juga tidak ada, yang tahu hanya nomor kloter dan kota asal dari Jawa. Ketika ibu tadi ditanya pintu masuk dari pintu mana ? Dia hanya ingat dekat dengan rumah makan Indonesia. Akhirnya kami putuskan untuk membawa ke hotel kami, untuk minta tolong petugas kloter. Anak istri saya ikut menemani untuk memberikan simpati sambil memperbesar hati ibu itu, untuk sabar, akan diusahakan mencari pertolongan. Sesampai di hotel, saya tunjuk ke arah petugas kloter yang kebetulan ada di lobby yang sedang penuh sesak dengan jamaah sehabis sholat Isya, dan minta si Sulung minta tolong dia. Setelah beberapa saat saya lihat si Sulung menelpon. Lalu kami mendekati dia dan ibu yang lupa hotel tempat dia harus pulang. Petugas kloter memberikan nomor satgas di Madinah, lalu si Sulung menghubungi satgas itu. Kemudian mereka menunggu di luar hotel. Kami lalu ikut bergabung dengan si Sulung. Si Sulung menelpon lagi, ternyata suami ibu itu dapat dikontak. Terjadi pembicaraan antara si Sulung dengan suami ibu itu. Kemudian petugas kloter minta tolong si Sulung, kalau satgas sudah datang tolong si Sulung untuk menyampaikan pesan, ada kakek dari daerah lain yang mengalami nasib sama di ujung lobby. Saya sempat emosi mendengar hal itu, sampai dengan nada mengeras, saya katakan kepada petugas kloter tersebut kalau dia itu petugas, kok malah minta tolong jemaah. Si Sulung pun menyentuh lengan baju petugas kloter sambil menunjuk bendera merah putih yang ada di lengan baju petugas kloter itu. Namun kemudian si Sulung menyanggupi. Kemudian kami duduk di lobby hotel, menunggu satgas dan suami ibu itu datang menjemput. Tiba-tiba datang bapak-bapak menyampaikan bahwa kakek di sudut lobby itu dari ashar belum makan, tangannya gemetaran, bapak itu minta kalau dapat kakek itu bergabung dengan kami, saya langsung setuju. Begitu kakek itu datang, saya minta istri saya beli kue lalu kakek itu saya tawari pisang yang dibawa si Cantik Bungsu. Kakek itu makan pisang yang diberikan si Cantik Bungsu, lalu saya berikan minum dari salah satu botol yang berisi air zam-zam, Sesaat setelah kakek itu habis makan pisang, suami ibu itu datang menjemput, begitu juga satgas. Kami pun beranjak ke kamar, makan malam jam 22.30 waktu Madinah. Alhamdulillah malam yang sungguh berat, namun satu penting terjadi, koneksi, kooperasi dan negosiasi dapat mewujudkan solusi. Amin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun