Mohon tunggu...
MJK Riau
MJK Riau Mohon Tunggu... Administrasi - Pangsiunan

Lahir di Jogja, Merantau di Riau

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Koneksi, Kooperasi dan Negosiasi

4 September 2015   02:54 Diperbarui: 25 Oktober 2015   12:39 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hal yang lebih pelik terjadi lagi, ketika tiba-tiba seorang ibu-ibu menyapa kami untuk minta tolong diantar ke penginapan yang dia sendiri tidak tahu namanya, kartu nama hotel juga tidak ada, yang tahu hanya nomor kloter dan kota asal dari Jawa. Ketika ibu tadi ditanya pintu masuk dari pintu mana ? Dia hanya ingat dekat dengan rumah makan Indonesia. Akhirnya kami putuskan untuk membawa ke hotel kami, untuk minta tolong petugas kloter. Anak istri saya ikut menemani untuk memberikan simpati sambil memperbesar hati ibu itu, untuk sabar, akan diusahakan mencari pertolongan. Sesampai di hotel, saya tunjuk ke arah petugas kloter yang kebetulan ada di lobby yang sedang penuh sesak dengan jamaah sehabis sholat Isya, dan minta si Sulung minta tolong dia. Setelah beberapa saat saya lihat si Sulung menelpon. Lalu kami mendekati dia dan ibu yang lupa hotel tempat dia harus pulang. Petugas kloter memberikan nomor satgas di Madinah, lalu si Sulung menghubungi satgas itu. Kemudian mereka menunggu di luar hotel. Kami lalu ikut bergabung dengan si Sulung. Si Sulung menelpon lagi, ternyata suami ibu itu dapat dikontak. Terjadi pembicaraan antara si Sulung dengan suami ibu itu. Kemudian petugas kloter minta tolong si Sulung, kalau satgas sudah datang tolong si Sulung untuk menyampaikan pesan, ada kakek dari daerah lain yang mengalami nasib sama di ujung lobby. Saya sempat emosi mendengar hal itu, sampai dengan nada mengeras, saya katakan kepada petugas kloter tersebut kalau dia itu petugas, kok malah minta tolong jemaah. Si Sulung pun menyentuh lengan baju petugas kloter sambil menunjuk bendera merah putih yang ada di lengan baju petugas kloter itu. Namun kemudian si Sulung menyanggupi. Kemudian kami duduk di lobby hotel, menunggu satgas dan suami ibu itu datang menjemput. Tiba-tiba datang bapak-bapak menyampaikan bahwa kakek di sudut lobby itu dari ashar belum makan, tangannya gemetaran, bapak itu minta kalau dapat kakek itu bergabung dengan kami, saya langsung setuju. Begitu kakek itu datang, saya minta istri saya beli kue lalu kakek itu saya tawari pisang yang dibawa si Cantik Bungsu. Kakek itu makan pisang yang diberikan si Cantik Bungsu, lalu saya berikan minum dari salah satu botol yang berisi air zam-zam, Sesaat setelah kakek itu habis makan pisang, suami ibu itu datang menjemput, begitu juga satgas. Kami pun beranjak ke kamar, makan malam jam 22.30 waktu Madinah. Alhamdulillah malam yang sungguh berat, namun satu penting terjadi, koneksi, kooperasi dan negosiasi dapat mewujudkan solusi. Amin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun