Didaerah Gondang ada warung yang serupa mbok Darmi namanya, sama halnya dengan punya Pak Sri, warung mbok Darmi menjadi idola karena telah memenuhi standar makanan yang di cari mahasiswa. Belum sempat menemukan warung yang ketiga, dua warung itu sudah tak ku jumpai lagi kabar kejayaanya. Munkin pindah mungkin juga telah bertransformasi pada jenis usaha yang berbeda. Di pinggir jalan Banjarsari, dulu ada rental computer yang begitu saya suka, pemiliknya seorang pns empat tahun lebih disana aku pun tidak pernah tau nama pasti bapaknya, aku hanya mengenal sebagai pak Adivena, nama yang saya ambil dari label rentalan itu "Adivena computer".Â
Kami menyukainya karena hampir tidak ada batasan waktu bila sedang merental disana, bahkan pernah sampai jam 2 dini hari pun Pak Adivena ini tetap mau menunggui walau harus tertidur di sofa samping kanan dan kiri, murah tentu saja menjadi alasan utama kenapa rentalan ini begitu banyak fansnya. Bagi mahasiwa yang kuliah pada jaman saya, memang kehadiran rentalan komputer sangat membantu disaat tidak semua orang tua punya akses untuk membelikan perangkat itu sebagai pelengkap label ke "mahasiswaanya". Dan lagi -- lagi Adivena Computer tak lagi ku jumpai kabar rimbanya, entahlah.Â
Pondok Pesantren Galang Sewu di pojokan kampus masih kulihat Gagah berdiri, di Jalan Jurang Blimbing itulah saat bulan puasa kami kadang mencari buka gratis dibalut kajian dan siraman rohani oleh Pak Kyai yang lucu dan sangat mengena tausiyahnya Kyai Sam'ani kami menyebutnya.
Mengingat kembali tentang jalanan dan gang kawasan Tembalang, soal makanan, soal kenangan, dan cerita lain yang 4 -5 tahun telah membersamai keberlangsungan sebuah fase kedewasaan, sudah barang tentu akan membawa semua orang yang pernah kuliah di UNDIP atas , mengerucutkan kepalanya mencoba membuka nostalgia yang sejenak tertidurkan, cerita yang sekian waktu terlupakan dan orang -- orang yang sekian lama telah memudar dari ingatan.Â
Di tempat itulah kami pernah terdiam, sunyi, tertawa, bercengkrama, ketakutan dan mencoba menikmati rintikan hujan demi sebuah rangkaian cerita masa depan. Banjarsari tetaplah jalanan lurus yang sekarang bertambah macet, Gondang, Timoho Tunjungsari, Iwenesari tetaplah Gang -- gang yang dikanan kirinya telah bersolek kos -- kosan megah dengan pohon rambutan dihalaman depanya.Â
Para penghuni kos datang dan pergi, berpamitan meninggalkan sejuta memori dan cerita indah untuk dikenangkan, ada yang telah menjadi lurah, pedagang, pengusaha, pegawai bank, dosen, pns, lengkap dengan problematikanya sendiri. Â "Lari dari Tembalang" adalah awal sebuah petualangan baru yang akan meninggalkan sejuta romantika mengharu biru. Banjarsari dan gang- gang lain akan selalu ramah menyambut penghuni baru dengan cerita baru dan juga romantika baru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H