Mohon tunggu...
Fitriah
Fitriah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

Belajar menulis sampai mati

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Cara Kelola Uang agar Bebas Utang di Tengah Pandemi Covid-19

22 Juni 2020   06:25 Diperbarui: 22 Juni 2020   06:47 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awal tahun 2020, aku memiliki resolusi baru untuk melunasi Kredit Perumahan Rakyat (KPR). Uang yang ada di dalam tabungan ku simpan dengan rapi. Bila hendak mengeluarkannya untuk membeli barang lain, aku bisa menahannya.

Sebab, aku selalu termotivasi untuk melunasi kredit rumah yang masih tinggal Rp 90 juta. Uang itu aku tabung sedikit-demi sedikit dari hasil beberapa kerjaan, mulai dari keuntungan berdagang hingga pekerjaan kreatif lainnya.

Pelan tapi pasti, aku hampir mencapai jumlah uang untuk melunasi hutang pada perbankan. Namun, bila aku membayar uang itu sekarang, maka seluruh tabungan akan habis. Akhirnya, aku menunggu beberapa bulan lagi  agar uang terus bertambah.

Februari 2020, aku sudah bisa melunasi kredit KPR ke perbankan. Namun, wabah virus Corona terus berkembang di seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia. Puncaknya, Maret 2020 Covid-19 benar-benar mewabah.

Semua seperti merasa panik, perekonomian semua orang terancam. Driver online berkurang penghasilannya, biasanya sehari mendapat Rp 150 ribu, sekarang bisa berkurang 50 persen. Begitu juga dengan pedagang, pekerja kreatif dan lainnya

Tak terkecuali aku. Pemasukan juga berkurang karena terdampak Covid-19. Akhirnya, aku mulai ragu untuk segera melunasi KPR ini. Lantas,  uang tabunganku hendak dikemanakan, apakah disimpan saja untuk mengantisipasi hal yang terburuk karena pandemic Covid-19.

Mulai Banyak yang Mau Pinjam Uang 
Dampak pandemi Covid-19  pada perekonomian masyarakat begitu terasa. Banyak warga yang bekerja di sektor informal tak memiliki penghasilan. Sebab, mereka tak bisa bekerja normal seperti biasanya.

Beberapa saudara dan temanku mulai menghubungiku untuk pinjam uang. Ada yang ingin menikahkan anaknya hingga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Rasanya, tak tega bila aku menolak saudara maupun teman yang hendak meminjam uang. Hati nurani menuntunku agar tetap membantu mereka. Bukankah orang yang sedang membutuhkan pertolongan, agama menganjurkan agar dibantu.

Bukankah dengan membantu orang lain, aku sudah berinvestasi kebaikan untuk diriku sendiri. Suatu saat, aku juga membutuhkan uluran tangan orang lain. Untuk itu, apapun kondisinya, membantu orang lain harus tetap dilakukan.

Aku pun kembali menghitung kondisi keuangan yang ada tabungan. Bila aku keluarkan untuk dipinjamkan pada orang lain, jumlah untuk kehidupanku masih aman. Akhirnya, aku memberikan uang pinjaman itu pada saudara dan teman yang membutuhkan.

Lalu sisanya bagaimana?

Cara Cerdas Mengelola Uang di Tengah Ketidakpastian
Sisa uang yang kumiliki mengendap di perbankan. Aku belum menemukan ide untuk memulai bisnis. Aku mencari cara memanfaatkan uang dengan baik, searching di Google, youtube, media online dan lainnya. Bahkan, juga banyak bertanya temanku yang cukup ahli di bidang keuangan

Ada tawaran yang menarik, di tengah pandemic Covid-19 ini, aku tidak perlu terburu-buru melunasi KPR. Namun lebih baik menginvestasikan uangku di beberapa tempat.  seperti reksadana pasar uang hingga membeli emas.

Aku menimbang sebelum memutuskan agar makroprudensial aman terjaga guna menjaga stabilitas sistem keuangan. Pilihan membeli emas sepertinya tepat untuk menjaga keuangan. Aku kembali merinci uang yang ada di tabungan, sebagian aku investasikan pada emas. Sisanya untuk kebutuhan hidup sehari-hari.

Selain uang aman, nillai harga emas selalu ada kenaikan setiap tahun. Saat dibutuhkan untuk melunasi KPR, uang tersebut bisa diambil dan dibayarkan. Solusi yang cukup jitu di tengah wabah corona.

Dalam mengelola keuangan itu, aku  mengeluarkan uang hanya untuk kebutuhan yang sangat penting, yakni kebutuhan mendasar. Tak perlu membeli baju, pakain dan lainnya. Bahkan, anggaran membeli buku setiap bulan juga aku hentikan sementara.

 Bahkan, kebiasaan makan di   warung aku ganti dengan memasak sendiri di rumah. Ternyata memang lebih hemat dibanding beli di warung atau pesan melalui driver online, seperti grab foof dan go food. Pengeluaran uang setiap hari aku catat agar bisa mengetahui uang yang sudah dikeluarkan. Bila ada

Bedakan antara Kebutuhan dan Keinginan
Wabah virus corona ini  membuat kehidupan manusia berubah. Tak hanya dalam mengatur kesehatan, namun juga keuangan. Hari ini, manusia harus lebih jeli dalam membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Manusia harus cerdas berperilaku

Kebutuhan merupakan hal yang mendesak untuk dipenuhi, seperti butuh minum saat haus, butuh makan saat lapar. Berbeda hanya ketika ada keinginan untuk makan seafood, keinginan ganti laptop atau mobil.

Virus corona mengajarkan manusia untuk hidup sederhana. Meningkatkan tabungan  dan investasi agar masa depan tak terlalu susah. Bila gaji sekarang Pp 1 juta, sisihkan untuk menabung  Rp 200 ribu.

Bila gaji naik Rp 2 juta, uang yang ditabung bukan Rp 400 ribu. Tetapi Rp1.200.000. Karena meskipun gajimu naik, kebutuhanmu harus tetap, yakni Rp 800.000. Hindarilah mengikuti gaya hidup meskipun gaji bertambah.

Seperti pernyataan kata bijak, dalam hidup, tak perlu menjadi kaya, yang penting tidak punya hutang dan bisa  memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Artinya, hiduplah sederhana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun