Awal tahun 2020, aku memiliki resolusi baru untuk melunasi Kredit Perumahan Rakyat (KPR). Uang yang ada di dalam tabungan ku simpan dengan rapi. Bila hendak mengeluarkannya untuk membeli barang lain, aku bisa menahannya.
Sebab, aku selalu termotivasi untuk melunasi kredit rumah yang masih tinggal Rp 90 juta. Uang itu aku tabung sedikit-demi sedikit dari hasil beberapa kerjaan, mulai dari keuntungan berdagang hingga pekerjaan kreatif lainnya.
Pelan tapi pasti, aku hampir mencapai jumlah uang untuk melunasi hutang pada perbankan. Namun, bila aku membayar uang itu sekarang, maka seluruh tabungan akan habis. Akhirnya, aku menunggu beberapa bulan lagi  agar uang terus bertambah.
Februari 2020, aku sudah bisa melunasi kredit KPR ke perbankan. Namun, wabah virus Corona terus berkembang di seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia. Puncaknya, Maret 2020 Covid-19 benar-benar mewabah.
Semua seperti merasa panik, perekonomian semua orang terancam. Driver online berkurang penghasilannya, biasanya sehari mendapat Rp 150 ribu, sekarang bisa berkurang 50 persen. Begitu juga dengan pedagang, pekerja kreatif dan lainnya
Tak terkecuali aku. Pemasukan juga berkurang karena terdampak Covid-19. Akhirnya, aku mulai ragu untuk segera melunasi KPR ini. Lantas, Â uang tabunganku hendak dikemanakan, apakah disimpan saja untuk mengantisipasi hal yang terburuk karena pandemic Covid-19.
Mulai Banyak yang Mau Pinjam UangÂ
Dampak pandemi Covid-19 Â pada perekonomian masyarakat begitu terasa. Banyak warga yang bekerja di sektor informal tak memiliki penghasilan. Sebab, mereka tak bisa bekerja normal seperti biasanya.
Beberapa saudara dan temanku mulai menghubungiku untuk pinjam uang. Ada yang ingin menikahkan anaknya hingga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Rasanya, tak tega bila aku menolak saudara maupun teman yang hendak meminjam uang. Hati nurani menuntunku agar tetap membantu mereka. Bukankah orang yang sedang membutuhkan pertolongan, agama menganjurkan agar dibantu.
Bukankah dengan membantu orang lain, aku sudah berinvestasi kebaikan untuk diriku sendiri. Suatu saat, aku juga membutuhkan uluran tangan orang lain. Untuk itu, apapun kondisinya, membantu orang lain harus tetap dilakukan.
Aku pun kembali menghitung kondisi keuangan yang ada tabungan. Bila aku keluarkan untuk dipinjamkan pada orang lain, jumlah untuk kehidupanku masih aman. Akhirnya, aku memberikan uang pinjaman itu pada saudara dan teman yang membutuhkan.