Yang pertama adalah membuat parameter. Sebagai regulator, pemerintah dapat mendorong lingkungan yang mempromosikan inovasi sementara menghormati privasi user. Membuat standar-standar baru yang fungsinya untuk melindungi hak-hak privasi digital warga negaranya. Beberapa waktu kebelakang, ada kasus yang mengemuka (kebetulan juga tentang Go-Jek). Ada beberapa oknum pengemudi Go-Jek yang melanggar privasi pengguna dengan mengirim pesan di luar konteks pekerjaan. Menggoda pelanggannya. Hal tersebut sempat viral sebelum kemudian tenggelam dengan cepatnya informasi bergerak. Itu baru contoh kecil yang dilakukan oleh kalangan grass root. Belum menyentuh korporasi besar yang memiliki seluruh data pengguna.
Yang kedua adalah membangun infrastuktur.  Pemerintah juga dapat memberikan platform untuk mendorong pasar data yang berkembang. Contoh yang paling berani dari inisiatif tersebut ditemukan di India, di mana pemerintah telah memulai proyek manajemen identitas terbesar dalam sejarah. Dikenal sebagai Aadhar-India's Unique Indentification. (UID) Program-itu membawa konsep (data as currency) data pribadi sebagai mata uang ke dalam artian sebenarnya.
Dengan menciptakan satu set unik dari titik data biometrik dan demografis untuk masing-masing dari 1,2 milyar warga yang tinggal di India. Pemerintah dan para pebisnis akan dapat menggunakan database yang dihasilkan dengan cara yang tak terhitung banyaknya, dari membangun kepercayaan pemberi pinjaman untuk memperluas keuangan mikro ke daerah-daerah terpencil untuk memperkenalkan layanan kesehatan pribadi yang lebih baik.
Yang terakhir adalah. Leading from the front. Memimpin dari depan. Istilahnya dalam semboyan bangsa kita yang dikemukakan Ki Hajar Dewantara. Versi lengkap dari Tut Wuri Handayani. Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Di depan memberi contoh, di tengah memberi semangat, di belakang memberi kekuatan. Contoh konkretnya adalah memberikan contoh dan mengusahakan(mengatur) para pelaku ekonomi besar untuk membuka sebanyak mungkin data ke publik. Atau istilahnya transparansi data. Membujuk perusahaan swasta berpengaruh untuk membuka datanya ke publik untuk kebaikan sosial, filantropis data.
Jadi, nikmat Tuhan yang mana yang kamu dustakan? Jadi 'Data Scientist' secara cuma-cuma. Memang tidak salah jika data scientist dinobatkn sebagai the sexiest job in early 21st century. 'Data Scientist Pemerintah' juga gak buruk-buruk amat toh. Juga kalau ada perusahan yang tertarik sama kemampuan data science-mu, mereka bisa meminangmu dengan mahar yang telah ditentukan.
Sumber: http://masizz.xyz/esai/go-jek
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H